Musik

Musik

    Beberapa bulan terahir ini, kita dihadapkan pada perdebatan terkait dengan haramnya music. Meskipun banyak ulama yang memilah dan memilih genre music yang “haram” dan yang “halal”, tapi tetap saja ada yang mencoba mengeneralisir begitu saja, bahwa semua jenis music haram.
    Misalnya, ada beberapa ulama yang memandang bahwa musik adalah haram, terutama sekali ketika musik tersebut, dianggap mengandung lirik yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam atau jika mendengarkan musik mengarah pada perilaku yang tidak baik seperti maksiat atau kecanduan. Kelompok ini, berpegang pada hadis dan ayat Al-Quran yang menyoroti pentingnya menjauhi hal-hal yang bisa mengganggu ketaatan kepada Allah SWT.
    Namun demikian, ada pula beberapa ulama yang memandang bahwa musik adalah halal. Kehalalan music ini, didasarkan kepada situasi ketika musik tersebut tidak mengandung unsur-unsur yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Kelompok ulama ini, menyatakan bahwa tidak ada dalil yang jelas dan tegas dalam Al-Quran yang secara eksplisit menyatakan bahwa musik adalah haram. Selama musik tersebut tidak mengarah pada perilaku yang dilarang dalam Islam, seperti minum minuman keras atau berperilaku tidak senonoh, mereka menganggapnya sebagai halal.
    Dalam hal ini, sebagian ulama menimbang pada aspek implikasi dari music tersebut. Jika music ini music dapat memicu gangguan atas ketaatannya kepada Allah, atau mendorong bagi para penikmat music untuk bertingkah laku tidak baik, maka music sebaiknya di hindari. Begitu saran Sebagian ulama lainnya.
    Karenanya, pada kelompok ini, memilih dan memilah konten-konten music yang akan didengar, menjadi sangat dianjurkan. Memilih musik yang tidak mengandung lirik yang merusak moral atau mengajarkan nilai-nilai yang bertentangan dengan Islam adalah langkah yang sangat bijak. Namun ketika musik dapat membawa manfaat dalam meningkatkan suasana hati, meningkatkan kreativitas, atau memberikan inspirasi positif, maka dapat dipandang sebagai hal yang baik.
    Salah satu karya masterpiece-nya, “Ihya Ulumiddin”, Imam Al-Ghazali pernah menyampaikan kata-kata indah seperti ini : “Orang yang jiwanya tak tergerak oleh semilir angin, semerbak wangi bunga-bunga, dan suara seruling musim semi, adalah dia yang kehilangan jiwanya yang sulit terobati”. (Ihya, 2/275).
    Pernyataan Sang Pembela Islam ini, menjadi penegas bahwa music dapat meningkatkan gairah jiwa atau ruh. Suara-suara penuh nada, baik yang diciptakan atau alamiah, mampu melambungkan imajinasi kreatif jiwa seseorang. Karenanya, Sang Hujjatul Islam ini, mengajak masyarakat untuk merenungkan suara-suara burung nuri atau burung-burung yang lain, seperti beo, cicakrowo, murai dll. Suara-suara itu begitu indah, merdu dan menciptakan kedamaian di hati pendengarnya.
    Seruling dan clarinet yang ditiup, piano dan organ yang ditekan satu-satu, biola, violin yang digesek-gesek atau rebana yang ditabuh adalah suara-suara. Suara-suara ini hadir mengekspresikan lubuk hati yang dalam. Suara-suara itu tak ada bedanya dengan nyanyian para penyanyi.
    Dalam catatan Abu Al-Faraj Al-Isbahani, yang menulis buku Al-Aghani (The Book of Song), menyebutkan bahwa music menjadi sarana yang cukup efektif dalam penyebaran agama Islam di berbagai wilayah: Arabia, Persia, Turki dan India. Di Jawa, music mengalun indah ditangan para Wali Songo. Sunan Kalijaga, menjadi tokoh penting dalam konteks ini. Banyak lirik lagu yang diciptakannya; Lir-ilir, Tombo Ati, dan lainnya. Beliau mampu melakukan transformasi music sebagai medium bagi pemuliaan ajaran agama, mengajak untuk menjalani laku hidup yang mulia, terhormat dan ber-akhlakul karimah.
    Satu lagi figure penting dalam Sejarah perjalanan umat Islam di Indonesa, yaitu Gus Dur, Presiden ke-4 RI, seorang Kiyai, Putra dan Cucu Ulama besar, bahkan sebagian orang ada yang menyebutnya sebagai wali, atau kekasih Tuhan, sebagaimana para Wali Songo. Beliau dikagumi dunia. Tempat istirahat abadinya tiap hari diziarahi ribuan orang dari beragam identitas.
    Merunut penuturan banyak ahli, beliau sangat menggemari music-musik klasik, seperti Beethoven. Mozart, Chopin, Bach, Tchaikovsky dan lain-lain. Boleh jadi musik klasik karya maestro dunia itu memberikan makna yang tak mungkin dituliskan dengan huruf-huruf dan dilukiskan oleh kata-kata. Ia sanggup menciptakan imajinasi-imajinasi intelektual dan spiritual yang luar biasa.
    Lalu bagaimana dengan anda? Pemutlakan hukum haram kepada music, sepertinya menjadi kurang bijak. Wallahu a’lam bi al-Shawab.

    Imam Hanafi
    Peneliti pada Institute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS) UIN Suska Riau

Kegiatan Youth Leaders Peace Camp Aceh 2019

Kegiatan Youth Leaders Peace Camp Aceh 2019

Setelah berhasil mengirimkan duta ISAIS untuk kegiatan Youth Leaders Peace Camp di Ambon. Kembali, ISAIS mengirimkan 5 mahasiswa UIN Suska Riau untuk mengikuti kegiatan Youth Leaders Peace Camp Aceh 2019, bertempat di Gampong Nusa, Aceh Besar pada tanggal 8-9 April 2019. Kegiatan yang  mengangkat tema “Menjalin Kebersamaan, Menggembirakan Keberagaman, Menggalang Perdamaian” ini diharapkan dapat menebar benih-benih toleransi dan menciptakan perdamaian diantara mahasiswa.

Kegiatan Youth Leaders Peace Camp Ambon 2019

Kegiatan Youth Leaders Peace Camp Ambon 2019

ISAIS dengan bangga mengirimkan 2 mahasiswa sebagai utusan mereka di kegiatan Youth Leaders Peace Camp Ambon 2019. Kegiatan tersebut berlangsung pada tanggal 4-5 April 2019 dengan tema “Menghargai Kemajemukan, Menjalin Kebersamaan”. Adapun tujuan pengiriman mahasiswa pada kegiatan tersebut adalah untuk menambah wawasan dan pengalaman mereka dalam konteks toleransi berbangsa dan bernegara. Mahasiswa juga diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam mengkampanyekan sikap toleransi baik di dalam maupun di luar kampus.

Diskusi Ilmiah dengan Tema “Youth as the Agent of Peace”

Diskusi Ilmiah dengan Tema “Youth as the Agent of Peace”

Bertempat di kantor ISAIS, diskusi ilmiah kembali digelar pada tanggal 30 April 2019. Masih berkaitan dengan pembahasan Managing Diversity pada diskusi sebelumnya, kini ISAIS mengangkat tema “Youth as the Agent of Peace”. Pada diskusi kali ini, ISAIS memulai dengan bedah film “provokator damai” yang disiapkan oleh Mahasiswa yang pernah mengikuti kegiatan Youth Leaders Peace Camp di Ambon tahun 2019. Kegiatan tersebut di pandu oleh Bambang Hermanto, MA dan Dr. Alimuddin, M.Ag sebagai narasumber. Dalam diskusi tersebut, beliau memaparkan kelebihan dan kekurangan film tersebut dan menjelaskan keterkaitannya dengan kondisi masyarakat saat ini. Mahasiswa tampak antusias menyaksikan film tersebut.beliau  

Diskusi Ilmiah ISAIS dengan tema “Fiqih Aktual Menuju Hukum Islam yang Universal”

Diskusi Ilmiah ISAIS dengan tema “Fiqih Aktual Menuju Hukum Islam yang Universal”

ISAIS kembali melaksanakan agenda rutin mereka yakni diskusi ilmiah bulanan. Pada bulan Mei ini, tepatnya ditanggal 13 Mei 2019 sangat istimewa karena bertepatan dengan bulan Ramadhan. Mahasiswa terlihat hadir dengan penuh semangat meskipun sedang berpuasa. Diskusi Ilmiah kali ini mengambil tema “Fiqih Aktual menuju Hukum Islam yang Universal”. Bapak Bambang Hermanto, MA didampingi oleh Melgis Dilkawaty Pratama, M.Pd. memulai penjelasannya dengan menayangkan beberapa kalimat motivasi pada salindia (slide). Kemudian narasumber menjelaskan beberapa kasus dalam kajian fiqih ditinjau dari sejarah penetapan hukum tersebut, alasan dan azas manfaatnya, serta penerapannya untuk kondisi umat Islam saat ini.