WEBINAR NASIONAL: “Yang Muda Bersuara”

WEBINAR NASIONAL: “Yang Muda Bersuara”

Sebagai negara yang multikultural, maka seringkali rentan akan terjadinya konflik dan ketegangan antar kelompok ataupun golongan. Sehingga menjadi sangat penting untuk merawat dan menyuarakan keragaman itu ditengah-tengah masyarakat yang lebih luas. Diantara usaha itu adalah dengan membawa kaum muda, yang menjadi penerus generasi mendatang.

Dalam hal inilah ISAIS UIN SUSKA Riau menggelar Webinar Nasional: Yang Muda Bersuara, sangat luar biasa dengan menghadirkan 10 Narasumber dari berbagai wilayah di Indonesia. Bertemakan “Menggelorakan Perdamaian di Masa Covid-19” membuat peserta antusias bahkan ada yang berasal dari Negeri tetangga, Malaysia. Diselenggarakan pada hari Selasa, 30 Juni 2020 Pukul 09.30 WIB yang dilaksanakan secara online.

Webinar ini dimoderatori oleh Nurhayati Nupus (Peace Generation Riau). Adapun Narasumber utamanya yaitu Mohammad Miqdad sebagai fasilitator Sekolah Pengelolaan Keragaman CRCS UGM, sementara narasumber yang merupakan aktivis mudanya adalah:

  1. Wardatul jannah (Ketua KOHATI BADKO HMI Aceh)
  2. Ikbal Ramzani P (Sekretaris umum DPD IMM Aceh)
  3. M.Ikhsan Rizky Zulkarnain (SEKUM IMM Aceh Besar, Founder Multatuli Institute Aceh)
  4. Miftahul Huda (YLPC 2019 Yogyakarta, Mahasiswa Ilmu Hukum UIN SUSKA Riau)
  5. Thiyas Tono Taufiq (Dosen UIN Walisongo Semarang)
  6. Nurul Faisol Ruslan (WAKETUM Forum Mahasiswa Studi Agama-Agama se-Indonesia)
  7. Nina Apriliani Weda (Duta Indonesia Millenial Movement 2018, Delegasi International Wonderful Education 2019 Malaysia-Thailand)
  8. Bahrul Ulum (Fasilitator Forum Anak Riau, Mahasiswa Bahasa Inggris UIN SUSKA Riau)
  9. Faisal Pelu (Presidium Komunitas Bela Indonesia Provinsi Maluku)
  10. Georgie Manuhuwa (Founder BETA BANK Sampah Ambon, Presidium/Pengurus Perwakilan KBI Ambon, Ketua Komunitas Jalan Merawat Perdamaian Ambon)

Berbagai pendapat intelektual diulas dengan sangat menarik dengan penuh keanekaragaman dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Para peserta sangat antusias dalam membahas konflik yang terjadi pada daerah mereka agar mendapatkan solusi terbaik dari pemateri yang telah dihadirkan tersebut.

Dengan adanya Webinar Nasional ini semoga mampu menjadikn inspirasi bagi pemuda lainnya dalam menyuarakan perdamain. Salam damai šŸ™‚

ISAIS UIN SUSKA RIAU Menggelar Diskusi Kesepuluh ā€œMembaca Ulang Sejarah Islam Klasikā€ (Satu Semester Bersama Prof. Dr. H. Munzir Hitami, M.A.)

ISAIS UIN SUSKA RIAU Menggelar Diskusi Kesepuluh ā€œMembaca Ulang Sejarah Islam Klasikā€ (Satu Semester Bersama Prof. Dr. H. Munzir Hitami, M.A.)

Program “Satu Semester Bersama Prof. Dr. H. Muzir Hitami, M.A. terus berlanjut meski dalam kondisi covid-19. ISAIS UIN SUSKA Riau terus berusaha untuk menyelenggarakan program ini, meskipun dilakukan secara online via zoom.

Pada hari Senin, 29 Juni 2020 pukul 13.30 WIB diskusi kesepuluh dilanjutkan dengan menghadirkan narasumber yang luar biasa yaitu Prof.Dr.H.Abd.Rachman Assegaf, MA (Guru Besar UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta) dengan topik: “Kemana keturunan nabi: Dari Karbala Hingga Dunia” yang lebih dikhususkan mengenai untaian silsilah Nabi dari Karbala hingga zamrud khatulistiwa.

Pasca wafatnya Ali bin Abi Thalib, maka keturunannya berada pada pusaran pertikaian tiada henti. Misalnya Husein, anak kedua Ali bin Abi Thalib yang tewas di Karbala dalam sebuah pembantaian yang dilakukan rezim Yazid bin Muawiyah. sebelas tahun sebelumnya, tepatnya pada 28 safar 50 Hijriyah, Hasan, kakak Husein meninggal dunia di Madinah karena diracun. Kemana saja keturunan Nabi setelah peristiwa itu?

Ahlul Bait Nabi saw adalah semua orang yang ada hubungan keluarga dengan Nabi saw, yaitu: Nabi saw, Ali ibn Abi Thalib, Fathimah, Hasan dan Husein. “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlu Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya” (QS. Al-Ahzab:33)

Mata rantai keturunan Nabi SAW: Jalur Hasan dan Husein dijelaskan secara rinci dan mendetail. Bagaimana proses terjadinya Air Mata Karbala pun diulas dengan seksama.

Pada awalnya sebutan Alawi itu diberikan kepada semua keturunan Ali ibn Abi Thalib r.a., baik dari anaknya Hasan r.a. maupun Husein r.a. Namun, selanjutnya sebutan Alawi hanya digunakan untuk keturunan Alwi ibn Ubaidillah ibn Ahmad ibn Isa al-Muhajir, dengan menggunakan gelar Bani Alawi, Aal Alawi, Ba’alawi atau Alawiyin.

Silahkan saksikan materi lengkapnya kapan saja “Live Streaming” di channel youtube: “ISAIS USR OFFICIAL”. Semoga berbagai upaya yang dioptimalkan dalam aktivitas selama pandemi covid-19 ini dapat bermanfaat dan diambil hikmahnya atas cobaan yang menimpa kta semua. Semoga wabah ini cepat berlalu. aamiin.

WEBINAR NASIONAL: ā€œKonsep Toleransi dan Kebebasan Beragama dalam Islam dan Agama Lainā€

WEBINAR NASIONAL: ā€œKonsep Toleransi dan Kebebasan Beragama dalam Islam dan Agama Lainā€

ISNU INHIL bekerjasama dengan ISAIS UIN SUSKA Riau dalam menggelar Webinar Nasional yang bertemakan “Konsep Toleransi dan Kebebasan Beragama dalam Islam dan Agama Lain”. Webinar ini dilaksanakan secara online menggunakan aplikasi zoom yang dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 22 Juni 2020 pukul 14.00 WIB.

Narasumber luar biasa telah berhasil dihadirkan pada webinar ini, diantaranya:

  1. Prof. Anis Malik Toha Lc., M.A., Ph.D (Guru besar University Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA) Brunei Darussalam
  2. Prof. Munzir Hitami, M.A. (Guru besar UIN SUSKA Riau).
  3. Dr. Budhy Munawwar (Pendiri Nurcholish Majid Society (NCMS).
  4. Sudarto, MA. (Program Manager Badan Pengurus Pusaka Foundation Padang).
  5. Prof. Dr. Hj. Umi Sumbulah, M.Ag (Direktur Pascasarjana UIN maulana Malik Ibrahim Malang).
  6. Alimatul Qibtiyah, S.Ag., M.Si., Ph.D (Komisioner KOMNAS Perempuan)

Webinar ini di moderatori oleh Dardiri, MA. Beliau adalah salah satu Dosen UIN SUSKA Riau. Diskusi ini berjalan dengan lancar dan hangat tentunya dengan berbagai pemikiran yang dibahas dalam berbagai sudut pandang.

Bagi bangsa Indonesia, keragaman diyakini sebagai takdir dan sunnatullah. Ia tak diminta, melainkan pemberian Tuhan Yang Maha Mencipta, bukan untuk ditawar, tapi untuk diterima (taken for granted). Perbedaan biasanya membawa kepada perpecahan. Oleh karena itu, perlu sikap bijak dalam menghadapi perbedaan. Diantara cara terbaik adalah dengan melihat nilai kebaikan dalam setiap ajaran/keyakinan/background orang lain.

Mengenai toleransi harus ada pondasi transendentalnya. Toleransi bisa berkembang kalau keberagaman itu inklusif. Hanya dalam paham inklusif toleransi bisa dikembangkan. Toleransi dalam pengertian pemahaman, sikap dan perilaku terhadap perbedaan keyakinan meliputi 3 aspek yaitu pemahaman mengenai perbedaan, sikap terhadap perbedaan dan perilaku dalam memahami dan menyikapi perbedaan.

Secara umum, sikap agama satu dengan yang lain adalah eksklusif. Dimana agamanya lah yang paling benar dan menuju kebaikan. Toleransi itu mengalami pengembangan makna, dimana pada awalnya adalah penganut berbagai kemajemukan dan hak orang lain menjadi berbeda. Bahkan sekarang ini menerima kebenaran di dalam pihak yang lain. Para peneiti dan ilmuan kurang ā€œsrekā€ dengan istilah toleransi saat ini. Toleran sekarang seperti kebaikan yang menipu. Ini terjadi karena adanya pengaruh persepsi modern setelah bertemu dengan sekularisme.

Sekularisme telah merubah semua sendi kehidupan, konsepsi dan persepsi agama dan peta hubungan antar-agama. Situasi dan peta hubungan atar-agama yang paling dramatis adalah gempuran “quasi agama-agama” (quasi-religions) terhadap agama-agama nyata “religions proper“. Islam menawarkan konsep toleransi yang lebih manusiawi, rasional dan fair, yang terbukti dalam perjalanan sejarahnya yang cukup panjang.

Seorang filsuf mengemukakan bahwa toleransi mempunyai tingkatā€ yang berbeda

  1. Penerimaan pasif (saling terima tapi pasif, tidak ada suatu hubungan yang mendalam)
  2. Kepedulian yang ringan
  3. Mengakui adanya perbedaan dan bersikap terbuka kepada yang lain
  4. Mengakui orang lain memiliki hak-hak dasar
  5. Inklusi sosial. Bahwa konsep toleransi harus kita cari akar-akarnya

Sekarang ada yg menginginkan kesatuan yg tidak ada lagi mazhab, agama, kekuasaan kecuali satu. Itu adalah sebuah utopia dan sikap-sikap Radikalisme dan ekstrimisme kekerasan sudah mulai muncul bibit-bibitnya. Ituah yg menjadi eksklusif.

Semoga kita semakin bijak dalam bertindak dan menyuarakan perdamaian dan moderasi beragama. Baik dengan cara menciptakan karya-karya, aksi nyata, webinar dan lainnya.