ISAIS Kembangkan Praktik Narasi Anti Kekerasan di Kampus

Oleh Imam Hanafi

Institute for Southeats Asian Islamic Studies (ISAIS) UIN Sultan Syarif Kasim Riau menyelenggarakan  Focus Group Discussion (FGD) bersama dengan empat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) tentang Praktik Baik Pencegahan Narasi Kekerasan di Kampus”. Kegiatan ini, dilaksanakan pada hariKamis, tanggal 29 April 2021 melalui Zoom Meeting. Dalam acara yang didukung oleh The Asia Foundation (TAF)ini, mendiskusikan bagaimana menyebarkan praktikbaik program penguatan narasi-narasi damai dan progresif dalam kampus. Juga perlunya lembaga “rumah moderasi beragama” di masing-masing Kampus PTKIS.

Adapun yang menjadi narasumber pada diskusi kali ini adalah empat PTKIS, yaitu Ketua STAI Auliaurrasyidin Tembilahan (Syarifuddin, M.Pd.I), Ketua STAI Nurul Falah Air Molek (Dr. Mariatul Hikmah, MA), Dekan Fakultas Tarbiyahdan Keguruan UNIKS Kuansing (Sopiatun, MA), dan Dekan FAI UNISI Tembilahan (Dr, Ridhoul Wahidi). Juga Drs. Dardiri, MA dan Bambang Hermanto, MA dari UIN Suska Riau.

Dalam pengantarnya, Dardiri menyampaikan pembelajaran yang bisa diambil dari program yang selama ini telah ISAIS lakukan di UIN Suska Riau, diantaranya adalah perlunya pendampingan kepada kelompok vulnerable, mengembangkan dan menguatkan aktor-aktor kunci dan pemimpin lokal (Pendekatan Ekonomi Politik: Analisa Struktur, Aktor dan Kepentingan (interest)), dan penguatan diskusi-diskusi sebagai bentuk pendekatan kultural di Kampus. Sedangkan isu-isu yang dicounter diantaranya adalah pelemahan terhadap isu khilafah, pelemahan terhadap isu bahwa Negara adalah system Thaghut, anti perbedaan, dan anti kekerasan.

Sementara itu, Bambang Hermanto menelisik lebih mendalam kuatnya kerentanan yang terjadi pada mahasiswa. Misalnya penolakan diskusi tentang Cinta Kasih agama Budha, pencegahan hadirnya beberapa Narasumber yang ditolak oleh Mahasiswa karena dianggap liberal, seperti Nadirsyah Hosein, Ulil Absor Abdalla, dan lainnya.

Respon yang baik muncul dari Dr. Mariatul Hikmah bahwa kegiatan yang telah dilakukan oleh ISAIS menjadi penting untuk dikembangkan di Kampus-kampus. Dan menurutnya, di Kampus Air Molek tidak terlalu mencolok kegiatan-kegiatan yang mengarah pada kekerasan. Dosen sebagai actor penting di Kampus, menjadi penting untuk membimbing para mahasiswa agar tidak terjebak pada kelompok radikal.

Begitu juga Ketua STAI Auliaurrasyidin, Syarifuddin, M.Pd., juga merespon penting dari lesson learned yang telah dikembangkan oleh ISAIS. Pemilihan pendekatan menjadi penting untuk melakukan counter narasi di Kampus juga kerjasama antar dosen. Syarifuddin juga menambahkan bahwa perlunya rumah moderasi beragama sebagai media penting untuk mengembangkan narasi-narasi anti kekerasan di Kampus.

Narasumber terakhir, disampaikan oleh Dekan FTK UNIKS, Sopiatun Nahwiyah, MA.,bahwa perlu dilakukan pemetaan kepada mahasiswa agar kebijakan dalam melakukan counter narasi menjadi lebih efektif. Bagaimanapun narasi kekerasan akan selalu hadir pada generasi muda, terutama mahasiswa baru, yang mudah disusupi oleh narasi-narasi kekerasan.

Dari FGD ini, disepakati bahwa ; Pertama, perlunya pelembagaan Rumah Moderasi di Kampus-Kampus untuk melakukan pencegahan narasi anti kekerasan; Kedua, perlu merumuskan bersama counter narasi anti kekerasan bagi mahasiswa; Ketiga, Dosen menjadi actor penting untuk mengembangkan narasi-narasi anti kekerasan; dan, Keempat. Kemitraan antar lembaga atau antar kampus menjadi penting untuk melakukan narasi anti kekerasan.

Video selengkapnya silahkan kunjungi channel kami  https://www.youtube.com/watch?v=dNQo_KGEQZY

Leave a Reply