ISAIS Berpartisipasi dalam Kegiatan Celebrating Diversity By Living Positive Values di Yogyakarta

ISAIS Berpartisipasi dalam Kegiatan Celebrating Diversity By Living Positive Values di Yogyakarta

Institute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS) mengirim mahasiswa ke Yogyakarta untuk mengikuti kegiatan Celebrating Diversity By Living Positive Values. Kegiatan ini hampir sama dengan peace camp, kegiatan yang diadakan untuk menyadarkan pentingnya sikap bertoleransi terhadap agama, suku, ras, warna kulit, dan lain sebagainya. Dimana kegiatan tersebut mengajarkan para peserta untuk menerapkan nilai-nilai positif dalam segala aspek kehidupan. Mahasiswa yang berpartisipasi dalam kegiatan ini dipilih dari berbagai fakultas yang mengirim tulisan. Sehingga terpilih lah Miftahul Huda dan Apri Wilnita dari Fakultas Syariah.

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 22 – 23 oktober 2019 yang mana kegiatan ini memiliki kerja sama antara Equal Access Internasional, Locus Perdamaian Indonesia, Rumah Kearifan,  dan UIN Sunan Kalijaga. Mereka mengadakan event seperti ini agar para pemuda mengerti akan pentingnya perdamaian di dalam diri sendiri agar dapat mengekspresikan diri yang baik.

Dari pihak Equal Acces di hadiri oleh Zack Muetteries dan kawan-kawan yang berkolaborasi dengan kawan-kawan dari Locus Perdamaian. Acara ini diselenggarakan di Omah Penginapan Wisata Tembi, Yogyakarta, yang dilaksanakan selama dua hari satu malam. Acara ini di hadiri oleh berbagai macam pemuda, mahasiwa dan aktivis dari berbagai macam oganisasi dan dari berbagai Universitas yang ada di Indonesia.

Acara ini dikemas semenarik mungkin agar para peserta tidak merasa bosan mengikuti acara yang diadakan di Yogyakarta tersebut. Sehingga untuk mendekatkan diri agar terciptanya seorang pembawa perdamaian ada tiga cara yaitu memberikan teori, memberikan praktek, dan menggunakan hati.

Berbagai konfllik yang terjadi membuat kita termotivasi untuk menyebarkan kebaikan melalui toleransi yang sebenarnya, bukan ingin mendeskriminasi satu golongan saja. Karna konflik terjadi karena sifat jelek seseorang, dan sifat itu lah yang harus dirubah bukan malah menghina kaum mayoritas atau minoritas.

Harapan dari kegiatan ini agar para peace maker itu berkembang tidak hanya yang berada di daerah konflik saja tetapi di daerah yang aman juga.

 

Leave a Reply