ISAIS Mengadakan Diskusi Intelektual Goes to Faculty Ushuluddin

ISAIS Mengadakan Diskusi Intelektual Goes to Faculty Ushuluddin

Institute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS) mengadakan diskusi intelektual dengan tema “MUI, Halalisasi dan Otoritas Agama” dengan pemateri Dr. Junaidi Lubis, M.Ag Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN SUSKA RIAU. Kegiatan ini dihadiri mahasiswa Fakultas Ushuluddin sebanyak 50 mahasiswa dari berbagai jurusan.

Menurut beliau, MUI lahir setelah indonesia ada dan MUI bukanlah organ negara. Mengapa MUI ada? Karena pada saat itu di Jawa terjadi perbedaan  eksekutif. MUI itu adalah perpanjangan tangan pemerintah untuk masalah keagamaan yang ada di indonesia. Dan sentralisasi dikalangan masyarakat. Dari segi skeptis, kita memandang MUI bukanlah ulama, karena ada terjadi sudut pandang yang berbeda. Perlu kita ketahui bahwa ulama itu adalah manusia yang mengetahui atau yang mempunyai ilmu dan ulama barang tentu punya metode atau cara untuk menentukan permasalahan-permasalahan tertentu.

Mengetahui sesuatu hal harus dengan metode atau ilmunya. Begitu juga dengan ulama sebagai orang yang memiliki pengetahuan akan keagamaan. Hal yang lebih kompleks lagi harus dihadapkan dengan permasalahan muthakir ini. Seorang ulama dituntut untuk dapat memahami dengan lebih hanya sekedar agama namun juga ilmu pengetahuan. Sebab tidaklah benar agama itu apabila bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Bisa diperkirakan agama itu tidak akan bertahan lama dan akhirnya ditinggalkan. Dengan demikian, agama itu harus bergandengan dengan perkembangan suatu zaman dengan zamannya sendiri.

Untuk menentukan halalisasi tentu harus ada hukum-hukum yang mempelajari tentang halal dan tentu telah diatur didalam syariat Islam. Contoh kasus nya adalah imunisasi campak dan rubela. Di dalam imunisasi itu tidak terdapat satu pun obat yang memang asalnya halal. Karena salah satu misalnya didalam vaksin mengandung minyak babi. Sedangkan vaksin itu sangat berguna bagi manusia untuk meningkatkan sistem imun tubuh. Supaya tubuh memiliki imun yang kuat untuk menyerang penyakit yang  datang. Allah Ta’ala berfirman,

وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ

“Dan sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kalian apa yang Dia haramkan, kecuali yang terpaksa kalian makan.”

Allah Ta’ala juga berfirman,

فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Siapa yang dalam kondisi terpaksa memakannya sedangkan ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka ia tidak berdosa. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.”

Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa suatu hukum itu bisa berubah sesuai dengan konteksnya. Bukan hanya terpaku pada teks semata yang ada di dalam al-Qur’an. Dalam konteks ini pun sama dengan permasalan obat penyakit rubela dan campak diatas. Jika tidak diberi dengan obat maka yang akan terjadi adalah penyakit itu tidak bisa disembuhkan dan bahkan nyawa pun terancam.

Kemudian dalam otoritas agama kita hanya perlu ulama, ulama yang mengetahui dan bukanlah ulama yang harus ikut dalam keorganisasian tertentu.

Isais Uin Suska Riau Menggelar Intensive Course Arabic Language (ICAL) Kuliah Satu Semester Dengan Mahasiswa Uin Suska Riau

Isais Uin Suska Riau Menggelar Intensive Course Arabic Language (ICAL) Kuliah Satu Semester Dengan Mahasiswa Uin Suska Riau

Institute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS) mengadakan kelas belajar bahasa Arab satu semester di UIN SUSKA RIAU. Dengan nama kegiatan Intensive Course Arabic Language (ICAL). Acara ini pertama kalinya diselenggarakan pada hari Selasa, 15 Oktober 2019 tepatnya di Sekretariat ISAIS Lt.1 Gedung Islamic Center UIN SUSKA RIAU. Kegiatan ini di ampu oleh dosen UIN SUSKA RIAU yang berpengalaman dalam bidangnya dengan peserta sebanyak 25 orang mahasiswa dari berbagai fakultas yang mendaftar secara gratis.

Dosen yang memberikan materi dalam kuliah ini yaitu Drs. H. Masbukin, MA selaku dosen UIN SUSKA RIAU. Kegiatan ini, akan dilaksanakan selama 15 kali pertemuan dalam satu semester. Kelas ini diawali dengan percakapan ringan, di mana setiap mahasiswa harus bisa berbicara bahasa Arab dalam konteks percakapan sehari-hari yang biasa dilakukan. Semua mahasiswa antusias dalam mengikuti kegiatan ini. Bapak Drs. H. Masbukin, MA mampu menghidupkan suasana kelas sehinga mahasiswa tertarik aktif untuk berbicara. Dengan kegiatan ini Institute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS) mengharapkan dapat melahirkan mahasiswa yang mampu berkomunikasi dengan bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari sehingga identitas seorang Muslim yang identik dengan Arabic Language tidak akan hilang. Setiap mahasiswa dituntut untuk dapat menguasai setiap materi yang diberikan. Kemudian nantinya akan ada ujian di akhir semester sebagai tanda kelulusan dan di berikan sertifikat penghargaan kepada peserta.  

ISAIS UIN SUSKA RIAU KEMBALI MENGGELAR FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) DENGAN AGEN PERUBAHAN MA’HAD ALY UIN SUSKA RIAU

ISAIS UIN SUSKA RIAU KEMBALI MENGGELAR FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) DENGAN AGEN PERUBAHAN MA’HAD ALY UIN SUSKA RIAU

Institute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS) kembali menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan agen perubahan Ma’had Aly UIN SUSKA RIAU. Acara ini diselenggarakan pada hari Sabtu, 12 Oktober 2019 tepatnya di Asrama Ma’had aly UIN SUSKA RIAU. Kegiatan ini mengahadirkan dosen UIN SUSKA RIAU dengan peserta sebanyak 50 orang.

Pembicara yang hadir dalam kegiatan ini yaitu Drs. M. Shaleh Nur. MA. Dosen UIN SUSKA RIAU. Dengan tema Nalar Teologi Antitesa Terhadap Radikalisme (Kajian Dasar Ilmu Kalam). Kegiatan yang dilaksanakan 2 kali dalam satu bulan, yaitu minggu kedua dan minggu keempat selama 15 kali pertemuan. Dengan menggunakan pendekatan andragogi dan pendidikan dewasa, artinya, mahasiswa diasumsikan sudah memiliki seperangkat pengetahuan untuk dieksplorasi dan didiskusikan lebih mendalam. Selain diskusi, kegiatan ini juga akan membedah film, bedah buku, dan training-training yang bersifat aplikatif, misalnya training kaligrafi, seni, dan lainnya.

Menurut beliau kegiatan seperti sangat perlu diadakan agar mampu menambah literasi keilmuan. Dengan adanya kegiatan (diskusi ilmiah, belajar menulis,dll) mampu menjadikan benteng dalam menangkal radikalisme. Untuk itu dengan kegiatan ini diharapkan mahasiwa mampu berfikir terbuka dan moderat serta mampu menyebarkan narasi-narasi perdamaian ditengah-tengah keberagaman yang ada di asrama maupun di lingkungan UIN SUSA RIAU.

        

 

Ketika Keberagaman Mulai Pudar

Ketika Keberagaman Mulai Pudar

Indonesia adalah sebuah Negara yang penuh dengan keberagaman. Berbicara mengenai keberagaman, maka Indonesia adalah contoh paling nyata di dalam menggambarkan  keragaman yang sesungguhnya. Kenapa tidak? Sebagaimana dimaklumi bahwa bahwa Indonesia adalah Negara yang mempunyai keberagaman di segala aspek kehidupan, baik itu suku, bangsa bahkan agama.

Indonesia dengan demikian, merupakan rumah bagi 5 agama besar dunia, 748 bahasa daerah, lebih dari 300 etnik dan sekitar 1.340 suku bangsa yang berbeda yang dimana ia tersebar di seluruh pulau-pulau di Indonesia dari Sabang sampai Merauke,dari Miangas sampai pulau Rote dan apabila dikelola dengan baik maka ini merupakan nilai plus bagi Negara Indonesia yang dimana ia merupakan salah satu gambaran kekayaan Indonesia itu sendiri.

Namun pada masa ini kita dapat melihat bahwa kesadaran akan keberagaman itu mulai pudar. Sehingga tidak jarang menjadi polemik bahkan menimbulkan konflik yang berkepanjangan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebut saja Konflik agama di ambon yang terjadi pada tahun 1999 silam yang dimana konflik ini menjadi salah satu aksi brutal yang merenggut ribuan nyawa dan menghancurkan semua tatanan kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.

Pudarnya kesadaran itu, semakin menguat dengan munculnya berbagai konflik antara masyarakat ambon-lease menjadi konflik agama, yakni antara umat Islam dan Kristen yang dimana ia berujung pada banyaknya korban jiwa. Kedua kubu agama ini saling serang menyerang satu sama lain, bahkan saling bakar membakar bangunan serta sarana ibadah. Mereka pada saat itu beranggapan bahwa mereka memperjuangkan hal yang benar. Umat kristiani beranggapan bahwa konflik yang terjadi antara umat Islam dan kristen pada saat itu sebagai  perang salib begitu juga dengan umat Islam mereka beranggapan bahwa memerangi umat Kristiani pada saat itu adalah jihad fi sabillah.

Bahkan ketika itu dikarenakan kebencian membara atas nama agama Islam-kristen membuat hidup mereka terjebak di dalam konflik yang berkepanjangan ,Mereka hanya punya satu tujuan yaitu “Membunuh sebanyak banyaknya lawan iman”. Sehingga pada saat terjadinya konflik agama tersebut sekitar 5000 orang dikabarkan meninggal dunia dan hampir lebih dari setengah juta orang mengungsi akibat konflik berkepanjangan ini.

Memupuk Kesadaran Keberagaman

Kemudian menjadi pertanyaan besarnya adalah bagaimana membangun kembali kesadaran keberagaman itu? Memupuk dan menyemai kesadaran keberagaman di Indonesia hari ini, menjadi sangat penting untuk dibangun. Sebagaimana kita ketahui Islam adalah agama yang dianut oleh mayoritas Rakyat Indonesia. Maka menjadi penting bagi kita untuk membahas keberagaman Indonesia di dalam persfektif Islam.

Adapun agama Islam di dalam memandang keberagaman, baik itu di dalam konteks dunia maupun Indonesia merupakan suatu hal yang telah menjadi fitrah bagi kehidupan umat manusia bahkan hal itu sendiri telah dikabarkan oleh Allah swt di dalam al Qur’an surah al Hujurat ayat 13: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal” (QS. Al-Hujurat : 13).

Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa sanya Allah swt menciptakan umat manusia dalam keadaan bersuku suku dan berbangsa bangsa tidak lain dan tidak bukan adalah agar kita saling mengenal.Sehingga dengan itu terciptalah suasana yang harmonis di dalam kehidupan ber bangsa dan ber negara.

Negara Indonesia didirikan oleh para pendiri bangsa dengan berdasarkan kepada pancasila, dimana pancasila ini, mempunyai peran yang sangat besar di dalam menjaga keharmonisan dalam kehidupan ber bangsa dan ber negara,di karenakan pancasila itu sendiri digali dari sumber historis, pysikologis dan sosiologis bangsa Indonesia itu sendiri. Bahkan di sisi lain kita dapat melihat bahwasanya pancasila sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara sangat sesuai dengan nilai nilai yang di perjuangkan oleh Islam.

Di dalam pancasila, kita di ajarkan nilai ketuhanan melalui sila pertamanya yaitu “Ketuhanan yang Maha Esa” kemudian kita juga diajarkan nilai  kemanusiaan dan keadilan yang dimana ia diwujudkan dalam sila kedua  pancasila yaitu “Kemanusiaan yang Adil dan Beradap” dan sila ke lima pancasila yaitu “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.

Di dalam sila ke 2 ini jelas di katakan dengan jelas kata “kemanusiaan” yang dimana ini bukan hanya untuk satu golongan saja melainkan mencakup semua objek yang bernama manusia, tanpa harus memandang suku,bangsa dan agama.Hal ini sebenarnya telah lama di ajarkan oleh imam Ali R.A beliau berkata: ”Dia yang bukan saudaramu dalam iman adalah saudaramu dalam kemanusiaan”.

Ini bermakna bahwa kemanusiaan adalah nilai tertinggi dalam posisinya sebagai manusia dan ini merupakan kunci utama untuk mewujudkan ukhuwah insaniyyah tanpa harus memandang status suku, agama ataupun sekat sekat geografis, sehingga dengan ini akan terciptalah kehidupan yang majemuk dengan tetap mengedepankan sikap toleransi antar suku maupun umat beragama sehingga terciptalah kehidupan sosial yang beragam namun tetap di balut dengan nuansa  persatuan dan kedamaian.

Selain itu sila ke 5 pancasila yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia” juga memberikan pemahaman kepada kita mengenai pentingnya menjunjung tinggi nilai ukhuwah wathaniyyah  bahwa siapapun dia, apa pun sukunya, apapun agama nya apabila dia warga Negara Indonesia maka kita di wajibkan untuk berbuat adil kepada mereka tanpa membeda bedakan antara Mayoritas dengan Minoritas. Dan hal ini sangat sesuai dengan firman Allah swt  di dalam al-Quran surah an-Nahl ayat 90 yaitu; “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.” (QS. an Nahl: 90).

Dari ayat ini Allah Swt memerintahkan kita untuk senantiasa berlaku adil dan berbuat kebaikan kepada siapapun tanpa memandang etnik, suku maupun agamanya. Bahkan dalam ayat lain Allah Swt  berfirman :dalam surah al-Mumtahanah ayat 8; Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. al-Mumtahanah: 8). Imam al-Sya’di menafsirkan ayat ini  sebagai berikut :

”Bahwa sanya Allah swt tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan menjalin silaturahmi serta berbuat adil kepada mereka non-muslim selama mereka tidak memerangi kalian dan mengusir kalian dari kampung kalian maka tidak ada halangan bagi kalian untuk berbuat baik serta menjalin silaturahmi dengan mereka.”

Dari tulisan ini dapat di simpulkan bahwa sanya Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi nilai nilai keberagaman.Islam adalah agama yang mengedepankan Ukhuwah baik itu Ukhuwah Islamiyyah persaudaraan sesama muslim, ukhuwah wathaniyyah maupun ukhuwah insaniyyah yaitu rasa persaudaraan sesama umat manusia.

Sehingga apabila nilai nilai  yang terdapat di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini dapat di pahami dan di resapi oleh seluruh penduduk Indonesia maka keberagaman di Indonesia tidak akan lagi menjadi salah satu sumber konflik berkepanjangan yang seringkali mengorbankan ribuan nyawa,bahkan ia akan  menjadi sumber kedamaian dan persaudaraan lintas  suku maupun agama .sehingga apabila ini telah terlaksana,maka Negara Indonesia akan menjadi Role model di dalam menciptakan kedamaian dan kerukunan antar umat beragama di tingkat Asia bahkan Dunia.

By : Hardiansyah Siregar (Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Perbandingan Mazhab)

Review Film “Hicki” 2018 Karya Sidhart Malhotra

Film yang sangat membius para penonton dengan sisipan pesan dan nilai yang dapat di ambil dari film ini. Film karya sidhart maholtra ini layak menjadi bahan acuan dalam kehidupan sehari hari khususnya untuk para orang-orang yang berprofesi sebagai guru. Kejutan demi kejutan selalu disuguhkan setiap scenenya menjadi daya tarik sendiri bagi para penonton, kisah perjuangan seorang guru yang di perankan oleh rani Mukherjee ini berhasil menyihir para penonton tetap terus tertegun dan betah menonton setiap aksinya.

Film yang mengangkat tema perjuangan seorang guru pengidap sindrom Tourette yang di hadapkan dengan sekelompok siswa-siswi nakal yang berasal dari wilayah kumuh india dalam sekolah bergengsi st.notker sekolah dimana tempat ia menimba ilmu disana beberapa tahun lalu. Beberapa pesan yang dapat di petik dalam film ini pun sangat beragam sehingga tak heran jika film ini laku di pasaran, tak hanya tema serta jalan cerita yang dikemas rapi, akting para pemain pun sangat layak di acungi jempol.

Pesan yang pertama kali dapat kita petik adalah hubungan seorang ayah dengan anak gadisnya yang menguras emosi penonton, bagaimana tidak sindrom yang di derita naina mathur (rani Mukherjee) membuatnya selalu menjadi bahan ejekan bahkan ayahnya juga malu jika bersamanya di tempat umum terlihat dari beberapa scene yang salah satunya adalah saat memesan roti di toko naina di Tanya oleh pelayan dan ayahnya langsung menjawabnya sehingga naina kehilangan hak bicaranya hal ini berlangsung hingga naina menginjak usia dewasa.

Namun biarpun begitu, ayahnya tetap bangga memiliki anak seperti naina dengan semua perjuangannya. hal ini dibuktikan pada scene dimana naina sedang dalam kesedihan karena ia akan dikeluarkan dari pekerjaannya sebagai guru dan ia merasa ayahnya senang karena ayahnya dari awal tidak suka ia menjadi seorang guru namun ternyata ia memiliki kebanggan terhadap gadis kecilnya dengan dialog “apapun yang terjadi di sekolah besok, kau tak perlu membuktikan apa apa aku melihat anak-anak itu (murid naina), yang kau lakukan pada mereka adalah hal yang tak bisa kulakukan kepadamu” dalam hal ini membuktikan sekeras apapun orang tua terhadap anak ia selalu ingin yang terbaik untuk anaknya.

Pesan kedua adalah perjuangan serta semangat seorang naina mathur untuk menjadi guru yang selalu di tolak setiap sekolah karena sindrom Tourette yang di deritanya hingga ia di tolak oleh 18 sekolah saat melamar pekerjaan bahkan ia di tolak 5 kali oleh sekolah tempatnya menimba ilmu yaitu st. notker namun itu semua tak memadamkan impiannya menjadi seorang guru karena ia sangat termotivasi dari kepala sekolahnya pak khan yang memberikannya semangat dan menginspirasinya ketika ia duduk di bangku sekolah.

Pesan ketiga adalah tentang kesabaran seorang naina mathur dalam mendidik dan membimbing kelas 9F yang terkenal dengan 14 siswa nakal di dalamnya, sudah banyak guru yang resign akibat ulah kenakalan mereka, sehingga mereka mendapatkan ancaman akan di keluarkan dari sekolah jika tidak memiliki perkembangan. Namun hal ini tidak menutup semangat dari naina untuk terus membimbing siswanya karena ia paham betul apa penyebab mereka bisa nakal dan selalu mengerjainya dan guru guru sebelumnya. Mereka adalah anak dari pemukiman kumuh yang tanah sekolahnya bersengketa dan pihak st. notker membantu anak anak tersebut sekolah di st. notker berdasarkan pengumuman pemerintah tentang hak untuk mengenyam pendidikan.

Bukan hanya karena faktor terpaksa saja mereka bersekolah disitu melainkan lingkungan sekolah yang tidak bersahabat yang terjadi disana seperti siswa lain yang selalu meremehkan dan mengejek mereka bahkan ketidak adilan beberapa guru dalam mengatasi kasus mereka. Hal inilah yang membuat mereka memberontak dan melakukan hal hal yang tidak disenangi disekolah demi mendapatkan perhatian karena di perlakukan tidak adil oleh lingkungan padahal mereka sendiri merupakan siswa yang memiliki kemampuan yang tak kalah dari kelas 9A salah satu kelas unggulan yang selalu menerima lencana perfek setiap tahunnya.

Hal yang dilakukan oleh siswa 9F kepada guru sebelumnya juga di alami oleh naina mathur, mereka bertaruh jika naina tidak dapat bertahan selama 10 hari mengajar mereka, sehingga mereka melakukan kejahilan terus menerus agar naina kapok dan berhenti mengajar namun hal itu tidak menghalangi semangat naina ia tetap bertahan bahkan pada saat mereka melakukan hal yang besar dan di panggil oleh kepala sekolah naina tetap membela mereka dan berdalih bahwa mereka tidak bersalah di hadapan kepala sekolah sehingga membuat siswa 9F sadar dan mulai mau menerima naina mathur sebagai guru mereka.

Pesan ketiga adalah cara mengajar naina yang kreatif dan menyenangkan serta membuka wawasan para siswanya bahwa setiap orang memiliki hadiah yang di berikan tuhan yaitu kemampuan dan kehebatan yang luar biasa, dengan menggunakan metode belajar  yang menyenangkan dan menarik  perhatian para siswanya sehingga mereka mampu menerima ilmu yang di ajarkan oleh naina. Hal itu membuat naina yakin dan percaya siswanya hebat dan juga berhak menerima lencana perfect bagi para siswa siswi unggulan yang bersekolah di st. notker. Ia memanfaatkan alam serta permainan dalam mengajar memberikan kebebasan untuk setiap siswanya sehingga mampu menyelesaikan ujian akhir dan memperoleh kelulusan.

Pesan keempat adalah kekompakan siswa siswi kelas 9F yang mana mereka selalu kompak dan selalu melindugi satu sama lain sehingga mereka memiliki kedekatan serta hubungan yang sangat erat dalam persahabatan, dengan memiliki latar belakang keluarga yang sama membuat mereka merasa memiliki satu sama lain dan saling membela serta melindugi, walaupun mereka seringkali melakukan ha hal yang mengganggu itu tak menutup kemungkinan mereka memiliki kecerdasan dan hati yang lembut dan peduli terhadap sesama, namun semenjak naina mathur hadir dalam kehidupan mereka dan membawa perubahan kecil untuk mereka perlahan mereka berhasil menunjukkan sisi terbaik mereka kehadapan orang lain.

Pesan kelima adalah kebijaksanaan setiap karakter dalam menerima masalah, sehingga tidak ada pihak yang di jatuhkan dalam film ini, setiap scene kejutan demi kejutan di suguhkan dalam film ini, tak hanya menampilkan kisah perjuangan dan semangat film juga mengangkat jasa seorang guru yang sangat pantas untuk di tiru dan dijadikan teladan oleh siswanya maupun para penonton. Karena sesungguhnya guru adalah panutan yang harusnya di gugu dan di tiru dan film ini banyak menyajikan itu dan mengajarkan apa itu semangat, keyakinan, kesabaran, dan lain sebagainya.

Akhirnya dalam kisah ini dapat kita tarik kesimpulan bagaimana cara memanusiakan manusia, setiap manusia itu terlahir istimewa apapun kekurangan yang di miliki ia tetap istimewa dan sempurna di mata tuhan yang menciptakannya sehingga kita tidak boleh mengejek bahkan menyepelekan orang lain. Manusia terlahir dengan memiliki hati nurani yang mana sebagai pembeda antara manusia dengan makhluk ciptaan tuhan yang lain sehingga kita dapa menghargai serta menghormati sesama dan menjadi istimewa dengan kelebihan dan kehebatan luar biasa yang kita miliki.

By : Debi Sintia

Resolusi Konflik

Resolusi Konflik

By: M. Syaprul Alamsyah

Indonesia memiliki banyak kemajemukan. Diantaranya keragaman sosial dalam hidup berbangsa dan bernegara. Seperti; suku, agama, ras, antar golongan, budaya dan adat istiadat yang berbeda-beda. Kemajemukan yang dimiliki sangat berpengaruh besar dalam pembangunan bangsa dan negara,sertasangat rawanterjadinya konflik di Indonesia. Kemampuan yang akan terjadi sangat dipengaruhi dari kehidupan bersosial. Hal ini menyebabkan munculnya konflik sosial dan konflik ideologis di masyarakat.[1]

Dalam konflik tersebut, akan bermunculan perbedaan presepsi dari berbagai golongan yang ada di masyarakat mengenai suatu hal berupa pemikiran dalam kehidupan. Sementara di tingkatan politisi, konflik akan terjadi apabila adanya pertentangan dalam pembagian sumber kekuasaan yang tidak adil. Sehingga, timbul pertengkaran saling menjatuhkan satu sama lain. Walaupun demikian, konflik yang adadi masyarakat Indonesia dapat diminimalisir dengan menyelesaikan konflik tersebut secara konstruktif yakni (resolusi konflik).[2]

Adapun solusi  dalam mengatasi dan mencegah terjadinya konflik sosial di Indonesia.Pertama, adanya peran Islam sebagai agama mayoritas, memiliki kontribusi yang besar. Sebagai agama perdamaian mampu menjadi rahmatanlil alamin bagi seluruh umat beragama.

Kedua, adanya peran pendidikanyang humanis. Menekankan aspek memanusiakan manusia, dengan memperhatikan aspekkecerdasan intelektual, emosional, sosial dan spiritual. Dengan adanya peran-peran ini Indonesia mampu memberikan solusi nyata terhadap konflik sosial dan ideologis.[3]

Sejak era globalisasi, telah banyak terjadi peristiwa sosial di Indonesia. Yakni dalam suku, etnis, agama dan politik yang cendrung menghancurkan sesama,  tanpa memikirkan rasa kemanusian. Dengan mudah menaruh kebencian, curiga dan tidak memiliki rasa persaudaraan. Seperti konflik sosial yang terjadi di Ambon, Poso, Kalimantan Barat, Sukabumi serta kerusuhan tahun1998 yang terjadi di berbagai daerah lain nya di Indonesia.[4]

Kemajemukan yang dimiliki Indonesia bersifat unik, mampu membentuk lapisan-lapisan kelas sosial dan struktur sosial di masyarakat. Adapun lapisan masyarakat terbagi dua;, lapisan horizontal yaitu adanya pebedaan etnis, suku, agama, dan adat istiadat. Sedangkan lapisan vertikal ialah lapisan atas dan bawah yang dilihat dari tingkatan ekonomi seperti (tingkatan pekerjaan, pendidikan dll). Hal inilah mengakibatkan selalu terjadinya konflik sosial.[5]

Kondisi sosial masyarakat Indonesia  memiliki kesamaan dengan Madinah. Pada waktu Nabi Muhammad saw memimpin, penuh kedamaian dalam hidup bertoleransi. Hingga tercipta nya hidup harmonis dalam keragaman. Oleh sebab itu, Indonesia seharusnya mampu menjadikan konsep tersebut sebagai hikmah pelajaran untuk kedepan nya. Karna banyak konflik yang terjadi selalu berbau agama, utamanya agama Islam. Padahal agama Islam selalu mengajarkan perdamaian. Kemudian anti kekerasan serta selalu menghargai perbedaan dalam kemajemukan.[6]

Tentunya, ajaran sosial agama Islam sangat perlu di implementasikan, adanya sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda : “Berilah salam kepada orang yang kau kenal atau yang tidak kau kenal”.Artinya, dalam berbuat baik kepada orang lain, kita harus menunjukkan rasa kemanusian yang setinggi-tingginya. Allah adalah damai, salam(QS al-hasyr[59]:23), sumber kedamaian dan aktivitas damai ( HR Muslim,Turmudzi dan Nasa’i).[7]

 

Islam menjanjikan adanya rahmat berupa kedamaian. Kehidupan yang dapat damai menimbulkan ketentraman hati, hingga terbuka kepada semua invidu yang beragam. Pastinya setiap umat yang beragama butuh ketenangan. Sudah selayaknya setiap manusia memulai kedamaian dari diri sendiri walaupun berada pada suasana ramai.[8]

Dalam agama islam, pemeluknya di sebut sebagai muslim. Kata Islam sendiri berasal dari kata salam yang secara harfiah artinya selamat, damai dan sejahtera. Maksudnya mempunyai misi universal, Islam sebagai pembawa rahmat bagi sekalian alam (QS al-anbiya [21]:107).[9]

Dengan demikian, nilai-nilai yang terkandung dalam Islam sangatlah universal yang harus di implementasikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Khususnya mayoritas umat muslim yang harus mengerti dan paham akan ajarannya. Hingga dapat menjadikan islam rahmatan lil alamain dalam resolusi konflik. Serta dapat menghalau dan meminimalisir penghancur perdamaian.

Selanjutnya, resolusi konflik yang harus di pelajari ialah pendidikan yang humanis. Masyarakat Indonesia harus memiliki karakter yang kuat pada dirinya. Oleh karna itu, pendidikan sangat penting dalam sebuah negara. Sebagai sarana membangun masyarakat, dengan saling membuka diri hingga  menjadikan hidup damai bukan saling mentup diri dan membenci sesama.

Pendidikan humanis haruslah berorientasi pada pendidikan multikultural dan pendidikan karakter. Untuk meresolusi konflik yang akan terjadi di Indonesia. Peran pendidikan multikultural mampu menciptakan kesadaran pluralitas agama dan budaya. Sehingga pendidikan multikultural dapat menjadi solusi nyata terhadap konflik yang akan terjadi di kehidupan bermasyarakat.

Kemudian melalui  pendidikan karakter, masyarakat Indonesia mampu menumbuhkembangkan sikap empati, jujur, adil, amanah, bijaksana, sopan santun dan sikap patriotisme yang tinggi. Dalam memperlakukan manusia lain sebagai sesama makhluk Tuhan yang memiliki kodrat dan hak-hak yang sama. Dengan menghormati serta menjunjung tinggi harkat-martabat sesama manusia.[10]

Dari beberapa nilai-nilai yang telah di jelaskan, jika di implementasiakan dalam hidup berbangsa dan bernegara akan melahirkan perdamaian dan persatuan. Dengan mengokohkan keislaman, sebagai agama rahmatan lil alamin dan peran pendidikan humanis. Kita mampu menjaga persatuan dan kedamaian di Indonesia,  walaupun hidup dalam umat berbeda agama. Serta hidup dalam bangsa yang kuat dengan saling menjaga dan menghindari pertikaian, sesuai undang-undang dasar 1945 dan pancasila.

[1]Sagaf S. Pettalongi, Islam Dan Pendidikan Humanis Dalam Resolusi Konflik Sosial  (Palu Sulawesi Tengah: Stain Datokarama, Cakrawala Pendidikan – Jurnal Pendidikan, Juni 2013,No. 2)

[2]Jakiatin Nisa, resolusi konflik dalam presfektif komunikasi ( Jakarta : UIN syarif hidayatullah :2015 )permalink https://www.academia.edu/15117008)

[3]Sagaf S. Pettalongi, Loc.Cit

[4]Arya Hadi Dharmawan,Konflik-Sosial dan Resolusi Konflik: Analisis Sosio-Budaya(Kalimantan Barat : Seminar PERAGI Pontianak 10-11 Januari 2006)

[5]Jakiatin Nisa,Loc.Cit

[6]Sagaf S. Pettalongi, Loc.Cit

[7]Budhy Munawar – Rachman , pendidikan karakter dengan pendekatan living values education (Jakarta : The asia foundation 2019) h.18

[8]Ibid.h.18

[9]Ibid.18

[10]Sagaf S. Pettalongi.Loc.Cit