Hoax dan Literasi Informasi

Hoax dan Literasi Informasi

Institute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS) dalam Kegiatan Short Course Of Dakwah Transformatif Bagi Musyrif / Musyrifah Ma’had Aly UIN SUSKA RIAU juga mengupas materi mengenai “Hoax dan Literasi Informasi” pada hari ketiga yaitu tanggal 15 September 2019. Bersama Bambang Hermanto, MA dari Dosen UIN SUSKA RIAU.

Mahasiswa sebagai actor social selalu dihadapkan pada kenyataan adanya surplus informasi yang berpotensi untuk menyamarkan kebenaran. Hal ini diperparah oleh bermunculannya berbagai hoaks yang tersebar di berbagai media social. Untuk itu dalam short course of Dakwah Transformative for Musyrif and Musyrifah MA`had Aliy UIN SUSKA Riau salah satu tema yang dikembangkan adalah pemahaman literasi anti hoaks yang diharapkan dapat memberikan bekal kepada Pembina Asrama UIN SUSKA dapat membimbing mahasiswa baru di lingkungan Asrama.

Asrama UIN SUSKA RIAU menampung sekitar 300 mahasiswa merupakan sebuah komunitas yang rentan dengan pengaruh hoaks yang dapat masuk dengan mudah kapanpun dan dimanapun. Menurut narasumber pada materi ini, Bambang Hermanto, MA. Mahasiswa harus memiliki soft skill dalam mengidentifikasi berita tidak benar ataupun berita benar yang diframing dengan kebohongan. Akibat dari berita bohong akan sangat merugikan bagi peran mahasiswa sebagai elemen terdidik masyarakat. Dalam materi tersebut disampaikan betapa hoakc mengancam sendi mendasar kehidupan masyarakat dan berbangsa di Indonesia. Untuk mengenali hoaks mahasiswa harus memperbanyak crosscheck antar sumber berita, menngenali sumber berita yang menjunjung kode etik jurnalistik serta dapat melakukan recheck ke beberapa situs anti hoaks seperti forumindonesiaantihoaks, turnbackhoax dan lain sebagainya.

Di akhir sesi peserta diberikan contoh contoh berita yang viral di beberapa situs dan mengenali cara untuk mengidentifikasi dan memastikan bahwa berita tersebut benar atau tidak. Dengan demikian mahasiswa UIN SUSKA diharapkan dapat menyebarkan kecerdasan literasi ditengah informasi yang dapat menjadi pisau bermata dua. Kalau informasi digunakan secara bijak maka akan banyak kebaikan yang dikembangkan namun sebaliknya jika informasi digunakan seara tidak bertanggung jawab dapat mengancam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia.

 

MA’HAD ALY UIN SUSKA RIAU

MA’HAD ALY UIN SUSKA RIAU

Pada kegiatan Short Course Of Dakwah Transformatif Bagi Musyrif / Musyrifah Ma’had Aly UIN SUSKA RIAU. Dihari kedua yaitu tanggal 14 September 2019 Pak …… selaku ketua pempinan Ma’had Aly UIN SUSKA RIAU memberikan pengajaran kepada musyrif/musyrifah.

Menurut beliau menjadi musyrif/musyrifah harus lah memiliki kemampuan menjadi seorang guru dan bisa menjadi pedoman bagi para mahawsiswa yang ada di ma’had. Oleh karena nya beliau sangat mendukung acara seperti ini diadakan untuk mahasiswa yang berada di lingkungan asrama UIN SUSKA RIAU agar bertambah ilmu pengetahuan dan soft skill bagi para musyrif dan musyrifah.

Acara ini pertama kali nya diadakan oleh asrma bekerja sama dg ISAIS (Institute for Southeast Asian Islamic Studies) UIN SUSKA RIAU sehingga diharapkan acara-acara lain seperti literasi, belajar menulis, berdakwah dan lain sebagainya dapat dilaksanakan kembali dilain hari dan kesempatan.

Mengelola Keragaman

Institute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS) dalam Kegiatan Short Course Of Dakwah Transformatif Bagi Musyrif / Musyrifah Ma’had Aly UIN SUSKA RIAU juga mengupas materi mengenai “Mengelola Keragaman” pada hari kedua yaitu tanggal 14 September 2019 yang dimulai pukul 13.00 Wib sampai pukul 16.00 Wib. Bersama Pak Mustofa dari Jakarta.

Menurut beliau ada 3 hal yang melatar belakangi dalam mengelola keberagaman yang ada di Indonesia. yaitu seperti : Keberagaman dan Institusi Demokrasi (kesetaraan hak dengan basis status kewargaan), Conservativism dan Konflik Antar dan Intra Agama dan Keyakinan, Response terhadap Konflik : Terrorism, Radicals, Intolerance dan Exclusivism.

Keberagaman dan Institusi demokrasi merupakan suatu kesetaraan hak dengan basis status kewargaan yang ada di Indonesia seperti memiliki hak dan kewajiban yang sama, walaupun berbeda – beda ( suku, ras, dan agama).

Conservative Society sebagai kenyataan mendukung dan mepertahankan nilai-nilai tradisional yg dianggap mapan. bisa untuk menjaga status quo atau kembali kapada nilai-nilai zaman lampau. Serta dapat disebut pelestarian ekologi social yang dipercaya.

Response terhadap konflik pada kenyataannya dapat dikelompokkan: Terrorism (Counter terrorism, Security approach), Radicals (Deradikalisasi, CVE, PVE), Intolerance (Peace building, Right protection) dan Exclusivism (Education, Dialogues).

Conservativetism end conflicts amplication spiral memiliki keterkaitan yang sangat terikat satu sama lain : Exclusive, Intoleran, Radikal, Teroris

Conservativetism End Conflicts Amplication Spiral

Exclusive ; Pandangan yang menganggap kebenaran, kebaikan bahkan hak hanya menjadi privilage agama/kelompok/pemikiran tertentu. Biasanya cenderung bersifat tertutup, inward looking dalam  merespons perkembangan ilmu pengetahuan, dan realitas sosial.

Intoleran ; Ketidaksediaan untuk menerima mempersilakan orang lain mengekspresikan ide/kepentingan yang berbeda.

Radikal ; Pemikiran dan tindakan mengekpresikan apa yang diyakini melalui perubahan sosial atau politik secara cepat dengan mengubah akar foundasinya; serta menggunakan cara yang menolak prinsip-prinsip yang disepakati (misalnya:demokratis). Dalam kontek Islam meyakini pandangan mereka sebagai representasi Islam yg sebenarnya; Muslim lain atau penguasa tidak sesuai dengan hukum Islam sehingga harus diubah total.

Teroris ; Segala perbuatan yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan atau dengan maksud menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas menimbulkan korban yang bersifat massal dan atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik atau fasilitas internasional.

Kemudian pada kegiatan ini, di Akhir diskusi sangat hangat terjadi karna membahas hal- hal yang menyangkut pada kehidupan sehari-hari yang sering terjadi serta langsung dicontohkan dalam diskusi. Pembahasan itu tidak lepas dari (Conservative, Exclusive Intoleran, Radikal, Teroris). Untuk itu, harapannya peserta dapat lebih memahami, mengamalkan apa yang telah didapat pada Kegiatan Short Course Of Dakwah Transformatif Bagi Musyrif / Musyrifah Ma’had Aly UIN SUSKA RIAU.

 

Isu-Isu Kontemporer dalam Study Qur’an

Isu-Isu Kontemporer dalam Study Qur’an

Kegiatan Short Course Of Dakwah Transformatif Bagi Musyrif / Musyrifah Ma’had Aly UIN SUSKA RIAU jugs mengupas materi mengenai “Isu-Isu Kontemporer dalam Study Qur’an” pada hari kedua yaitu tanggal 14 September 2019 yang dimulai pukul 08.00 Wib sampai pukul 12.00 Wib bersama mantan rektor UIN SUSKA RIAU yang banyak diidolakan oleh mahasiswa, baik dari kebijakannya, tanggungjawabnya, maupun dari ilmu dan luasnya wawasan beliau, yaitu Prof. Dr. Munzir Hitami, MA.

Beliau memberikan sebuah motivasi yang luar biasa kepada para peserta, yaitu “Memburu Guru ke Ujung Dunia” Maknanya setiap manusia seharusnya memiliki rasa tidak pernah puas atas ilmu yang dimilikinya. Khususnya dalam kalangan mahasiswa harus mampu membaca banyak buku dan menulis berbagai karya intelektual yang berkualitas tinggi. Tuntutlah banyak ilmu dengan banyak guru. Hadapi rintangannya demi sebuah pemahaman mendalam mengenai berbagai ilmu.

Materi diulas secara mendalam dengan berbagai macam pertanyaan yang kritis sehingga membuka pola pikir mahasiswa khususnya musyrif dan musyrifah ma’had Aly UIN SUSKA RIAU.

Isu-Isu Gerakan Islam Kontemporer

Isu-Isu Gerakan Islam Kontemporer

ISAIS (Institute for Southeast Asian Islamic Studies) UIN SUSKA RIAU menjadi wadah bagi mahasiswa dari berbagai kalangan untuk menuangkan pemahaman dan mengasah intelektualnya.  “Isu-Isu Gerakan Islam Kontemporer” menjadi topik yang sangat menarik. Materi ini diberikan langsung oleh pakarnya yaitu Dr. Irfan Abu Bakar sebagai dosen besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Diselenggarakan dalam kegiatan Short Course Of Dakwah Transformatif Bagi Musyrif / Musyrifah Ma’had Aly UIN SUSKA RIAU pada 13-15 September 2019.

Pada kegiatan malam tanggal 13 September 2019, seluruh peserta sangat antusias mengikuti kegiatan diskusi yang berlangsung ba’da isya hingga jam 23.00

Banyak musyrif dan musyrifah banyak yang mengeluarkan pendapat dan pertanyaan-pertanyaan kritis. Banyaknya gerakan-gerakan yang bermunculan terutama di media social sebenarnya tidak seperti yang terjadi. Banyak ditaburi bumbu-bumbu yang menakibatkan terjadinya perpecahan dan perselisihan. Salah satu karakteristik gerakan islam kontemporer adalah cepat muncul, viral dan kemudian digantikan oleh isu yang baru. Sudah seharusnya gerakan yang muncul dengan mengatasnamakan Islam bertujuan memajukan iptek, pelestarian lingkungan, pencegahan korupsi dan sebagainya. Sehingga tidak focus tentang politik saja.

SHORT COURT OF DAKWAH TRANSFORMATIF

SHORT COURT OF DAKWAH TRANSFORMATIF

Menurut Dr. Suryan A. Jamrah, MA tema dalam kegiatan “short court of dakwah transformatif” sangat menarik untuk dibahas. Berdakwah merupakan suatu kewajiban bagi seluruh umat manusia serta suatu keteladanan yang harus dilakukan. Seorang pendakwah sudah seharusnya dapat menerapkan ilmu dan pemahaman materinya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berdakwah, tugas kita hanyalah menyampaikan kebenaran. Sementara perihal penerimaan dakwah tergantung hidayah penerima dakwah. Seperti orang yang belum islam itu bukanlah merupakan urusan kita apakah dia mau masuk islam atau tidak itu.

Banyak manusia yang berdakwah karena ingin dipuji masyarakat, inilah hal yang memicu tertanamnya rasa sombong di dalam diri pendakwah tersebut. Adapun etika memuji orang tersebut janganlah didepannya, namun pujilah dibelakangnya agar orang yang dipuji terhindar dari rasa sombong.

Pepatah mengatakan ”orang yang memuji menjilat, orang yang dipuji besar kepala” dalam arti setiap orang yang memuji adalah seseorang yang memiliki kepentingan dan diperlakukan special sedangkan orang yang dipuji merasa paling baik dan sempurna.

Hijrah bukan melihat dari casing nya seseorang melainkan melihat dari dalam nya

Teguh dalam pendirian, luwes dalam prinsip

Tujuan dakwah mengislamkan nusantara bukan menusantarakan islam