Bersyukur telah bergabung dalam pelatihan jurnalistik yang bertema “Sekolah Menulis Damai (SeMAI)” yang dikhususkan bagi mahasiswa aktif UIN Suska Riau ditaja oleh Instutute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS) UIN Suska Riau. Pelatihan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Maret 2019 dengan 20 orang peserta terpilih yang telah mengirimkan tulisannya. Sehingga dapat mengikuti pelatihan itu dari pukul 08.00-17.00 Wib, dengan pemateri yang sangat luar biasa Mas Khoirul Anam seorang program manajer di Qureta.com. Menurut Mas Khoirul Anam “Menulis adalah bagian dari cara seseorang untuk bersyukur. Orang yang berpengetahuan tidak menulis, sesungguhnya ia telah menyia-nyiakan dirinya dan merugi”.
Untuk itu, melalui kutipan di atas sudah seyogya nya kaum milenial menjadikan motivasi untuk menulis serta menghasilkan karya. Menulis adalah salah satu cara mengekspresikan apa yang telah tersimpan dalam memori ke dalam bentuk tulisan dengan tujuan untuk menciptakan karya atau informasi kepada orang lain melalui media atau pun buku. Sebuah karya yang kita tuliskan mampu menjadikan sebuah bukti di kemudian hari, sebagai ilmu pengetahuan yang berguna bagi orang banyak.
Setelah pelatihan yang dilaksanakan Instutute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS) UIN Suska Riau, kami membuat group Whatsapp(WA) untuk memudahkan kami dalam berkomunikasi dalam bertukar informasi dan ilmu pengetahuan. Serta anggota group ialah mahasiswa yang telah mengikuti pelatihan (SeMAI) dan berbagai Dosen. Kemudian group itu aktif memberikan suport kepada penulis dan memberikan informasi tentang lomba Essay serta kegiatan yang syaratnya menulis. Berbagai event di share kedalam group itu, diantaranya lomba Essay yang diadakan di berbagai tempat dan event yang akan diselenggarakan di Ambon dan Aceh.
Mendapat informasi event seperti itu dan di dorong oleh Instutute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS) UIN Suska Riau akan memberangkatkan kepada penulis yang lulus seleksi. Sehingga dengan pengalaman (SeMAI) kami mencoba menulis sebuah tulisan Essay 800 – 1000 kata sebagai bahan seleksi untuk mengikuti youth leadership peace camp (YLPC) di Aceh dengan topik yang harus dipilih pada penulisan Essay :
- Menggembirakan Keberagaman
- Resolusi Konflik
- Muhammadiyah Dan Agenda Perdamaian
- Multikulturalisme Dan Nilai-Nilai Perdamaian Agama
- Radikalisme Dan Ekstrimisme Kekerasan
- Membangun Dialog Antar Ummat Beragama
- HAM, Gender Dan Keberagaman
- Pancasila Sebagai Darul Ahdi Wa Asyahadah
- Hak Kebebasan Berkeyakinan Dan Beragama Dalam Kontek Aceh
- Beragama Yang Mencerahkan Di Era Milenial
Menulis dengan berbagai topik yang telah ditentukan mempunyai kendala tersendiri. Karena harus membaca berulang-ulang dan memahami salah satu topik untuk di jadikan sebuah Essay. Tulisan kami tentunya masih jauh dari kata sempurna, tetapi tidaklah menjadi problem bagi kami yang masih pemula untuk terus belajar dalam berkarya. Serta dengan deadline yang telah ditentukan kami berusaha untuk menyelesaikan sebuah tulisan dan mengirimkannya ke email pdpm.kotabna@gmail.com sebagai syarat untuk mengikuti kegiatan youth leadership peace camp (YLPC) di Aceh. Bisa dikatakan “tulisan mu itu sebagai tiket masuk mu” .
Melalui seleksi tulisan tersebut kami lulus 5 orang, 2 orang laki-laki dan 3 orang perempuan untuk mengikuti youth leadership peace camp (YLPC) di Aceh 2019 dan kami di berangkatkan oleh Instutute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS) UIN Suska Riau untuk dapat mengikuti kegiatan itu. Sebuah tulisan yang menjadi wasilah kami dapat menginjakkan kaki di ujung barat nya Indonesia. Serta mendapat pengalaman baru sebagai rihla ilmu pengetahuan.
Kegiatan itu berlangsung pada tanggal 8 – 9 April 2019 Gampong Nusa, Aceh Besar. Pemuda Muhammadiyah Kota Banda Aceh bekerja sama dengan Equal Access Internasional dan Locus Perdamaian Malang mengadakan sebuah event perdamaian yang di kemas dengan nama Youth Leadership Peace Camp (YLPC) Aceh 2019. Dari pihak Equal Access Internasional di hadiri oleh Zack Muetteries beserta tim berkolaborasi dengan Locus Perdamaian Malang yang di hadiri oleh Indra Ferry dan Lailatul Rifah. Kemudian peserta nya di hadiri dari berbagai daerah Aceh, Medan, Pekanbaru; dari pemuda, aktivis, mahasiswa/i, hingga pelajar turut serta dalam kegiatan ini.
Tema yang di bawakan pada kegiatan ini “Menjalin Kebersamaan, Menggembirakan Keberagaman, Menggalang Perdamaian“. Hal ini bertujuan untuk membawa orang-orang dari latar belakang yang berbeda baik dari suku, agama, ras, antar golongan ( SARA) untuk dapat menciptakan tempat yang aman bagi semua orang dapat berkumpul untuk bertemu, saling berbagi, mendengarkan dan menghilangkan rasa ketakutan satu sama lain. Pada proses nya mengajarkan keterampilan berdialog dan mengarahkan aksi-aksi komunitas agar dapat menggagas berbagai kegiatan dalam perdamaian.
Salah satu perkataan Zack, dia mengatakan “Konflik bukanlah masalah namun merupakan tantangan yang harus bisa di selesaikan, semakin dekat terhadap sesuatu maka semakin besar potensi akan konflik, menyelesaikan konflik itu bukannya lari dari konflik tapi berusaha menyelesaikan konflik”.
Untuk itu, kutipan tersebut mengajarkan kita menyelesaikan konflik bukan lari jika terjadi konflik, dan penyebab konflik bukanlah dari luar melainkan dari hal yang terdekat kita, bisa saja keluarga kita, teman kita, atasan atau bawahan pada perusahan, bahkan penyebab konflik terbesar ialah diri kita sendiri. Oleh karena itu, berdamai lah pada diri sendiri dengan cara memaafkan segala kekeliruan dan kehilafan yang ada pada diri sendiri yang di sebabkan orang terdekat kita dan meminta maaf lah kepada orang yang pernah kita sakiti atau pernah terjadi kekeliruan kepada kita.
Menurut Zack, melalui Pemuda Muhammadiyah Kota Banda Aceh bekerja sama dengan Tim Equal Access Internasional dan Locus Perdamaian mengharapkan dari semua kegiatan Youth Leadership Peace Camp (YLPC) Aceh 2019. Peserta mampu mengambil ilmu pengetahuan dan menjadikan sebagai pengalaman untuk saling berbagi kepada keluarga, teman dan orang banyak, serta mampu menjadi peace meker pada komunitas dan di daerah tempat peserta itu tinggal. Sehingga di kehidupan manusia selalu adanya kedamaian.
Terima kasih kepada Instutute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS) UIN Suska Riau telah mensuport kami dalam kegiatan youth leadership peace camp (YLPC) di Aceh 2019. Semoga kedepan nya banyak mahasiswa yang termotivasi dalam membuat karya-karya berupa tulisan.
Tidak ada hal yang tak mungkin dan tidak ada hal yang sulit dalam melakukan perubahan, kita hanya membutuhkan niat, tekad, usaha dan doa. Keluarlah dari zona nyaman untuk merasakan indahnya perkembangan zaman. Bergabunglah dalam komunitas- komunitas yang mampu membantu dalam mengembangkan potensi diri. Kita tidak hanya diam serta tanpa memperdulikan hal-hal yang ada di sekitar dalam belajar.
By( M. Syaprul Alamsyah)