FGD #5 “Jangan Ajari Kami Moderasi”; FGD Counter Narasi Kekerasan di UIN Riau

 

Untuk kali kelimanya, Institute for Southeats Asian Islamic Studies (ISAIS) UIN Sultan SyarifKasim Riau menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bersama dengan empat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) di Wilayah Koordinasi Perguruan Tinggi Agama Islam (KOPERTAIS) Wilayah Riau-Kepri, yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Luqman Edy, STAI Diniyyah Putri, STAI AL-Azhar, dan STIT Al-Kifayah Pekanbaru.

FGD yang dilaksanakan di Melati Green Garden (MGG) Jalan Melati Pekanbaru ini, dibuka oleh Direktur ISAIS UIN Suska Riau, Dr. Alimuddin Hassan. Menurut Bang Ali, penguatan moderasi beragama selama ini di respon oleh umat Islam sebagai berikut; Pertama, bahwa selama ini umat Islam tidak ada gejolak, maka isu radikalisme atau moderasi yang diusung oleh pemerintah, justru menjadikan gejolak pemikiran dikalangan umat Islam. Oleh karena itu, ada dugaan dari sebagian kelompok umat Islam di UIN Suska Riau, justru karena adanya penguatan moderasi itu sendiri. Kedua, ada ungkapan dikalangan umat Islam bahwa “jangan ajari kami tentang moderasi”. Menurut mereka, Islam telah memuat banyak pesan tentang semangat moderasi. Bahkan Nabi Muhammad sendiri, telah mempraktikkan nilai-nilai moderasi beragama secara baik dalam sejarah. Sehingga mereka menganggap Islam sudah sempurna, sudah baik, maka tidak perlu lagi ada upaya untuk melakukan penguatan moderasi beragama.

FGD ini dilaksankan pada tanggal 22 Mei 2021. Hadir sebagai narasumber adalah Drs. Dardiri, MA (ISAIS UIN Suska Riau); Bambang Hermanto, MA (UIN Suska Riau); Dr. Afik Budiawan, MH (Ketua STAI Luqman Edy); Dr. Hj. Misharti, M.Si (Anggota DPD RI dan Ketua STAI Al-Azhar); serta Taufik, MA (Ketua STAI Diniyah Putri).Menurut Dardiri, menjadi warga Negara maka menjadi penting untuk menjadi umat Islam dengan menyeimbangkan antara Islam sekaligus sebagai warga Negara. Artinya, keislaman dan kebangsaan menjadi satu tarikan nafas untuk diaktualisasikan.

Dalam diskusi yang berlangsung, menunjukkan bahwa ada dinamika yang menarik dimana para peserta memiliki pemahaman yang cukup baik dalam melakukan moderasi beragama.

Menurut Pak Bambang, ketika Ali bin AbiThalib ditanya kenapa pada masa Ali terus terjadi konflik antar umat Islam, sementara pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khatab umat Islam damai dan tidak ada konflik? Ali bin Abi Thalib kemudian menjawab “Pada masa Umar dan Abu Bakar, rakyatnya baik-baik seperti aku, sementara pada masaku (Ali) rakyatku seperti kalian semua ini”. Artinya adalah terbangunnya sikap yang tidak menyinggung kekerasan menjadi penting untuk dibangun bersama.

Hal yang perlu diperhatikan bersama adalah pemahaman tentang pentingnya moderasi beragama dan pencegahan narasi anti kekerasan (ekstrimisme) adalah terus bahu membahu membangun sikap-sikap toleran dan narasi-narasi yang damai dan nyaman.