Keberagaman dalam Beragama

Keberagaman dalam Beragama

By: Ikhsan Ramadhan

Indonesia adalah bukan negara yang tidak berlandaskan pada agama tertentu saja dan tidak juga negara yang memisahkan antara negara dan agama. Namun yang sebenarnya adalah negara pancasila yang justru berdiri untuk mengayomi keberagaman agama. Setiap warga diberi kebebasan dalam memeluk agamanya sesuai yang ia percayai.

 

Indonesia lahir atas perjuangan dan pengorbanan seluruh rakyat Indonesia dengan latar belakang yang berbeda. Meskipun agama menjadi hal yang bersifat pribadi, pemerintah memberikan pengakuan pada kehidupan beragama dan menetapkan 6 agama resmi di Indonesia dan tidak ada ruang bagi orang yang tidak mengimaninya. Sejak Indonesia lahir, kehidupan beragama memberikan warna tersendiri dan juga telah berkontribusi terhadap pembangunan, seperti penyelenggaraan kegiatan sosial dan juga pembangunan tempat ibadah. Kegiatan kegiata yang social yang mampu menyatukan weluruh umat dan dapat meredakan konflik antar agama. Bangunan tempat ibadah umat beragama bias menjadi daya Tarik tersendiri untuk menjadi tempat wisata.

 

Secara teori, agama dimaknai sebagai ajaran Tuhan yang tertera dalam kitab suci setiap agama, dan di imani oleh umatnya untuk sebagai pedoman hidup. Setiap agama mengajarkan umatnya tentang persaudaraan, kebaikan, persatuan, kerukunan, dan masih banyak lagi. Tapi yang terjadi sekarang adalah banyak terjadi kekerasaan dengan agama sebagai alasan. Orang yang memiliki agama berbeda dianggap bertentangan, kemudian menebar kebencian, bahkan diperangi. Agama bukanlah organisasi yang tujuannya untuk memperbanyak jumlah anggota, tapi bagaimana suatu agama tersebut mengajarkan kebaikan. Agama juga bukan hal dalam siapa yang paling banyak anggotanya, tapi bagaimana suatu a  gama tersebut menuntun umatnya ke jalan yang benar.

 

Secara garis besar ada beberapa sikap yang di anut oleh banyak orang, di antaranya adalah ekslusivisme dan inklusivisme. Sikap sikap ini diterima secara luas walaupun banyak perbedaan mengenai pendeskripsiannya. Istilah insklusivisme beragama merupkan prinsip dasar dalam keberagaman dalam beragama yang wajib di tegasi. Inklusivisme merujuk pada sikap menerima terhadap perbedaan, dalam hal ini yairu menerima berbedaan terhadap keberagaman agama. Disini masih dapat kita temui sikap toleransi beragama dimana masing masing agama memiliki standarisasinya. Setiap agama juga memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu hal.

 

Ada juga istilah eksklusivisme yang dalam artian sikap yang merasa paling benar, sampai sampai menganggap agama lain itu adalah ajaran sesat, sehingga terjebak dalam sifat relativisme dalam beragama. Namun, yang paling penting untuk dipahami adalah bahwa setiap umat beragama jangan sampai terjebak dalam sikap eksklusivisme yang mengklaim kebenaran sendiri. Sebagai orang islam kita harus bijak dalam bertindak terutama dalam hal hal yang diskriminatif. Toleransi harus dijujung karna toleransi merupakan ajaran islam. Mungkin boleh boleh saja kita mengklaim agama kita adalah agama yang paling benar, namun tidak dibenarkan sampai kita menyalahkan agama orang lain. Kita cukup menyampaikan kebenaran sesuai yang di ajarkan oleh agama kita tanpa harus menjelek jelekkan agama lain, karna setiap agama mengajarkan kita kebaikan dan kedamaian.

 

Sikap yang mengarah pda inklusivisme wajib di pertahankan. Tapi sekarang inklusivisme di anut oleh minoritas saja. Bahkan beberapa tokoh agama juga banyak yang tidak menganut sikap ini. Mereka justru menyebar kebencian dengan membandingkan dan menjelekkan antara agama satu dengan agama lain. Hal seperti ini dapat memicu konflik antar agama seperti yang pernah terjadi di beberapa daerah di Indonesia.

 

Walaupun agama yang kita anut berbeda, tetapi semuanya mengajarkan hal yang sama yaitu kebaikan. Sebaik baiknya orang beragama adalah orang yang menghargai dan menjaga satu sama lain. Jangan lupa dengan semboyan negara kita “Bhineka Tunggal Ika”. Berbeda beda tapi tetap satu. Disini lah Indonesia yang sesungguhnya, menghargai setiap perbedaan apapun itu termasuk dalam hal kepercayaan. Semoga penganut sikap inklusivisme untuk kedepannya semakin banyak dan tidak ada lagi sikap yang menyalahkan agama orang lain. Dengan ini maka perdamaian dan sikap toleransi antar beragama pun dapat terjalin. Bukankah kedamaian itu indah? Tentram rasanyaKetika melihat orang Kristen yang memberikan koran untuk alas sholat ketika hari raya. Orang Islam menjaga gereja ketika natal, begitu juga dengan agama agama yang lainnya.

Leave a Reply