Anak Muda dan Inklusivisme Beragama

Anak Muda dan Inklusivisme Beragama

By: Nurliza

Anak muda adalah fase dimana puncaknya seseorang masih sangat aktif, antusias, frontal, ingin terlihat, serta ingin diakui keberadaanya. Masa ini disebut juga era milineal dimana anak muda sekarang tempatnya untuk mencari jati diri, mengenal dan mencari sosok yang bisa dijadikan panutan untuk mengokoh dirinya menjadi sosok yang bisa menjadi dipercai oleh dirinya dan orang lain. Tidak jarang pula sosok anak muda diusia remaja sering mengikuti dan meniru apa yang menurutnya benar. Sehingga tidak jarang anak muda melakukan perilaku diluar batas kemampuan sehingga menimbulkan sikap menyimpang dan anarkis.

Kemampuan anak muda di era milineal membuat kegelisahan para orang tua yang ingin anaknya menjadi seseorang yang berguna bagi keluarga, bangsa dan agama. karena sifat yang dimiliki anak muda memang mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan sekitar. tetapi tidak jarang pula anak muda yang memiliki sikap yang tidak perduli dengan lingkungan bersosial. kebebasan pergaulan tanpa pengawasan orang tua juga bisa menimbulkan anak muda yang anarkis dan frontal.

Jadi penanaman dasar terhadap agama perlu diberikan oleh orang tua kepada anak muda, karena banyak sekali orang tua tidak memperhatikan dan menanam sikap ketauhidan kepada anaknya sehingga anak tidak mempercayai adanya tuhan, dan mencari kemudahan dalam beragama. Apa yang dilihat tanpa mencari kebenaran mudah sekali untuk di ikuti. Anak muda mudah sekali terpengaruh oleh teman sebaya karena sifatnya yang suka meniru dan mencontoh sikap baik dan buruk. Anak muda seperti ini memiliki tingkat keimanan yang lemah.

Diera milenial misalnya banyak perilaku kriminal yang di dasarkan sikap dan tindakan dari anak muda karena memiliki keimanan yang lemah. kejadian terkadang tidak didasarkan hal yang penting terkadang juga hal yang sepele tetapi dibesarkan-besarkan oleh pihak lainnya sehingga terjadilah keributan yang menimbulkan kriminal dan membuat polisi ikut campur dalam menegaskan tindakan yang dilakukan oleh anak muda ini.

Dilihat dari sisi lain seperti agama, menjadi panutan dan pegangan yang sangat penting untuk umat manusia. Sehingga ajaran agama yang diajarkan menjadikan panutan untuk menjalankan kehidupan bersosial.  Sikap bersosial di masyarakat menggambarkan ketaatan kepada tuhan sesuai yang dipercayai dan dianut.

Kegelisahan yang menjadi dasar penting untuk orang tua juga tidak kalah terhadap ketaatannya kepada tuhan, di lihat dari pandangan islam sendiri kegelisahan yang mendasar orang tua terhadap anak muda tentu menjadi hal yang di khawatirkan oleh orang tua,yang mana inklusivisme bisa saja menjadi tantangan terbesar yang bisa merubah pemikiran anak muda untuk mengikuti perintah agama menjadi berbeda karena pemahaman yang mendasar terhadap agama kurang dimiliki dan kurang pengawasan dari orang tua.

Hal beragama dikalangan anak muda menjadi faktor penting karena anak muda adalah penerus bangsa dan menjadi pondasi yang penting untuk agama serta bangsa. jika pemahaman terhadap agama sangat dangkal maka anak muda tersebut bisa saja terjerumus kedalam aliran yang menurut nya bisa merugikan untuknya tanpa mencari tahu kebenaran dari suatu yang telah diajarkan atau yang didapatkan.

Kepercayaan terhadap tuhan di era anak muda memiliki nilai positif, akan tetapi tidak jarang dari kalangan milenial memaknai ketauhidan yang diyakininya mendasarkan kepada inklusivisme beragama yang mana maksud dari inklusivisme sendiri adalah bentuk pemahaman dan keyakinan  bahwa seluruh agama diluar agama kristiani memiliki kebenaran tetapi yang paling benar adalah agama Kristen.

Pemahaman inklusivisme beragama dikalangan anak muda seperti ini jika ditinjau dari pandangan islam memang bertentangan dengan ketauhidan islam yaitu kepada Allah SWT. Jika di percayai oleh kalangan anak muda bahwa agama yang paling benar adalah agama kristiani maka ketauhidan yang dimiliki oleh anak mudater sebut telah hilang.

Sehingga pandangan dari agama selain Kristen juga dapat diselamatkan oleh ”Tuhan Allah” tetapi sesuai dengan syarat dan ketentuan dalam ajaran “Yesus”. dan inti pandangan dari inklusivisme ini adalah bahwa agama selain Kristen itu tidak mendapat keselamatan dengan rahmat dari “Tuhan Allah”. hanya agama kristiani yang memiliki keselamatan yang hakiki.

Anak muda yang diserang inklusivisme ini memberikan dampak pada pemikiran yang negatif, sehingga mereka meyakini bahwa kepercayaan yang didapat memang benar dari agama Kristen, dan membuat pemikiran anak muda terhadap selain agama Kristen tidak mempercayai agama lain. Dan pandangan para ahli menyatakan bahwa orang yang menganut agama selain Kristen juga tergabung kedalam gereja agama Kristen, sehingga keselematan yang dianut didapat oleh umat selain penganut agama Kristen itu merupakan keselamatan dan rahmat dari “Tuhan Yesus”

Inklusivisme beragama di era anak muda menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh setiap manusia, karena pelajaran yang diberikan  sekolah belum mampu merubah pemikiran anak manjadi taat beragama, pengawasan orang tua juga penting. karena sifat anak yang suka mengikuti hal yang baru bisa mengakibatkan hal yang fatal untuk keluarga bahkan bisa merugikan orang lain.

Hal ini merasuki pikiran anak muda bahwa agama Kristen tidak memiliki keselamatan sehingga menganggap selain dari agama yang dianut, akan masuk neraka. Padahal jika dilihat dari masing-masing agama mereka mempercayai setiap agama yang dianutnya adalah benar dan menjadi penolong. tetapi pemikiran inklusivisme ini memberikan hal yang berbeda dipemikiran anak muda. bahwa keselamatan di dapat dari agama kristiani.

Jadi inklusivisme maksudnya adalah ustau pemahamn bahwaseluruhagama di luar agamakristenan diyakini memiliki kebenaran tetapi yang paling benar adalah agama Kristen. kemudian menurut pandangan ini,nantinya penganut dari agama-agama selain Kristen juga dapat diselamatkan oleh “Tuhan Allah”  tetapi sesuai dengan syaratdan ketentuan dalam ajaran Yesus. Pada intinya pandangan inklusivisme ini tidak mendiskriminasi bahwa agama  selain Kristen itu tidak mendapat keselamatan tetapi dengan rahmat dari “Tuhan Allah” agama diluar kekristenan pun mendapatkan keselematan.

Pandangan terhadap inklusivisme beragama sendiri penting untuk di perhatikan dan dipahami oleh setiap umat manusia yang memiliki keyakinan dan kokoh akan agamanya. Agar tidak terpengaruh terhadap inklusivisme beragama. Terutama anak muda yang sangat mudah untuk terpengaruh kedalam hal-hal yang suka mengikuti suatu kaum.

Dari paham inklusivisme beragama terhadap anak muda disini memberi pengaruh yang besar terhadap pemahaman remaja bahwa tuhan yang dipercai dari agama kristen adalah dari Yesus Kristus sebagai sumber pemberi keselamatan, dan keselamatan yang diberikan kepada agama selain Kristen adalah berasal dari agama Kristen.

Keperacayaan terhadap paham inklusivisme ini memberi pemahaman bahwa kasih sayang yang diberikan oleh tuhan kepada umat agama Kristen adalah sangat besar. Dan menganggap bahwa setiap orang boleh mempercayai hal tersebut. Paham ini juga memberikan agama lain untuk mempercayai kepada kristus. Tetapi jika agama lain diselamatkan oleh kristus maka  agama selain Kristen harus mengimani kepada agama Kristen yaitu yang dibawa oleh ”Tuhan Allah” atau Kristus.

Leave a Reply