LAKI-LAKI JUGA SEORANG FEMINIS

LAKI-LAKI JUGA SEORANG FEMINIS

“Isu feminisme di Indonesia masih mengalami kompleksitas persoalan. Islam dan feminisme di Indonesia masih mengalami ketegangan” begitu Prof. Alimatul Qibtiyah mengawali pembahasannya pada diskusi minggu, tanggal 08 November 2020. Guru Besar UIN sunan Kalijaga Yogyakarta ini, kemudian menunjukkan bagaimana pola berfikit, penafsiran, dan keyakinan umat Islam yang masih mengakar dan membudaya dalam menempatkan perempuan yang tidak sebanding dengan atau bahkan di bawah kaum laki-laki. “Hal ini lah, yang kemudian melahirkan banyak persoalan dan penderitaan pada perempuan. Kaum perempuan seringkali mengalami diskriminasi dan bahkan perlakuan-perlakuan tidak adil” imbuh anggota Komnas Perempuan ini.

Kegiatan tersebut merupakan rangkaian kegiatan ISAIS UIN SUSKA RIAU yang bekerjasama dengan MAARIF Institute. Suguhan diskusi kali ini, mengungkap topik”Arah Gerakan Feminis Muslim”.Selain Prof. Alimatul Qibtiyah, ada Syafiq Hasyim, Ph.D, Direktur Perpustakaan dan Budaya Universitas Islam Internasional Indonesia,yang juga memberikan uraian tentang gerakan feminisme di Indonesia. Webinar yang dimulai pukul 13.00 dan berahir jam 15.00 ini, dibuka oleh Abd. Rahim Ghazali, selaku Direktur Maarif Institute. Diskusi kali ini dimoderatori oleh Heru Lesmanda selaku Mahasiswa Pascasarjana UIN SUSKA Riau.

Secara historis, sesungguhnya perempuan dan laki-laki diciptakan sama. Bahkan Rasulullah SAW. memberikan contoh nyata kepada kita betapa beliau memulyakan perempuan. Nabi telah mampu mengangkat peran perempuan. Persoalan waris misalnya, perempuan memperoleh hak waris, setelah perempuan seperti tidak bernilai dimata kaum Jahiliyah.Gerakan feminisme bukan berarti melakukan penunggalan atau domistifikasi peran perempuan, melainkan mendorong agar perempuan bebas memilih peran terbaiknya, asalkan itu pilihan bebas dan tanpa paksaan.

Di Indonesia, kata Prof. Alimatul Qibtiyah, tidak semua pembela hak-hal perempuan bersedia menyebut dirinya sebagai feminis. Yang berani menyebut feminis justru dari kalangan LSM itupun yang muda-muda. Generasi tua, kebanyakan mereka enggan menyebut dirinya feminis. Beberapa mengatakan “Meskipaun kami berjuang untuk perempuan, tapi kami bukanlah feminis”. Penolakan ini, sebut perempuan jebolan UWS Australia ini, disebabkan oleh adanya stigma yang melekat pada istilah feminisme, misalnya feminisme sering dikaitkan dengan pengaruh Barat, individualistis, berkaitan dengan Gerakan Wanita PKI (Gerwani), anti laki-laki, dan pendukung lesbianisme. Bahkan di Barat sekalipun, ditahun-tahun 1990-an, mereka sering mengatakan “I am not feminis but …. i love equality”.

Pada tahun-tahun 90-an, para tokoh seperti Masdar F. Mas’udi, K. H. Husein Muhammad, dan lainnya sudah melakukan kajian serius untuk melakukan rekonstruksi tentang peran dan reproduksi perempuan. Pria Alumni Berlin Graduate School Muslim Cultural and Societis, Free University Berlyn German ini, menegaskan bahwa soal mendasar terkait dengan isu feminisme ini adalah soal persepsi mengenai tubuh perempuan. “Seringkali orang menganggap bahwa tubuh perempuan ini, merupakan obyek, tempat untuk dilakukan penindasan” imbuhnya. Padahal pertanyaan ini, sesungguhnya sudah pernah dikemukakan oleh Ahmad Amin dalam bukunya Tahrir al-Mar’ah, tegas pria yang menulis tentang Hal-hal yang tak Terpikirkan tentang Isu-isu Perempuan dalam Islam (Mizan, 2001) ini.

Tubuh perempuan yang lemah dan lembut itu, sesungguhnya sama dengan konstruksi tubuh laki-laki. Semua memiliki potensi yang sama untuk dilatih, dibina, dan dikembangkan sedemikan rupa. Sehingga, jangan melihat sisi “lembut” tubuh perempuan. Dengan demikian, laki-laki pun sesungguhnya memiliki kecendrungan yang sama jika lingkungannya mengkontruksi “tubuhnya” menjadi perempuan. Dengan demikian, persoalan feminisme ini, bisa mengalami rekonstruksi selama budaya dan lingkungannya mendukung atas pembelaan hak-hak perempuan. Jika Nabi Muhammad sendiri seorang feminis, maka muslim di Indonesia pun bisa menjadi pejuang feminis, semoga.

PENGUMUMAN LOMBA VIDEO NARASI PERDAMAIAN “Persatuan diatas Keberagaman”

Lomba Video Narasi yang diselenggarakan oleh Institute for Southeast Asian Islamic Studies pada 01 Agustus  2020 Hingga 20 September 2020 diikuti oleh 13 peserta yang sangat luar biasa. Pada hari ini telah masuk pada pengumuman hasil. Kami sangat mengapresiasi seluruh peserta yang berpartisipasi karena  telah bersusah payah mendedikasikan diri lewat narasi-narasi hebatnya serta tekhnik-tekhnik yang sangat baik dalam pembuatan Video. 

Berikut Hasil Keputusan dari perdebatan panjang dari para Juri lewat berita acara yang ditanda tangani:

  

Maka dengan sangat berbangga hati Kami berikan Selamat kepada Para Pemenang semoga kedepannya tetap mengkampanyekan perdamaian dimanapuin berada dan selalu aktif menghasilkan karya-karya yang lebih baik lagi untuk Indonesia yang lebih baik. dan kepada peserta yang belum beruntung, kami harap agar tidak berkecil hati tetap semangat dan selalu berusaha menjadi yang terbaik. 

Demikian dari kami, kurang dan lebihnya kami minta maaf. 

Wassalam. 

Pekanbaru, 02 Oktober 2020

Hormat Kami, 

Direktur ISAIS

(Dr. Alimuddin Hassan)

ISAIS UIN SUSKA RIAU Menggelar Diskusi Kedua Belas “Membaca Ulang Sejarah Islam Klasik” (Satu Semester Bersama Prof. Dr. H. Munzir Hitami, M.A.)

ISAIS UIN SUSKA RIAU Menggelar Diskusi Kedua Belas “Membaca Ulang Sejarah Islam Klasik” (Satu Semester Bersama Prof. Dr. H. Munzir Hitami, M.A.)

Diskusi virtual pada pertemuan akhir (kedua belas) dalam agenda “Membaca Ulang Sejarah Islam Klasik” (Satu Semester Bersama Prof. Dr. H. Munzir Hitami, M.A.). Topik penutup yang disuguhkan oleh ISAIS UIN SUSKA Riau yaitu: “Budak, Selir dan Seks dalam Sejarah Islam”. Dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 08 September 2020 pukul 10.00 – 11.30 WIB

Memang sangat buruk dan kelam akan sejarah Islam mengenai hal ini, akan tetapi diskusi ini bertujuan agar generasi muda mengetahui dan mengambil pelajaran atas peristiwa tersebut. Tentunya diskusi virtual ini menghadirkan narasumber yang berwawasan luas dmengenai sejarah Islam itu sendiri. Beliau adalah Dr. K. H. Hossein Muhammad, MA.

Seorang Komisionir komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan. Beliau telah banyak mengaji secaa langsung kepada ulama-ulama di Al-Azhar Khairo. Beliau adalah seorang pengasuh di pondok pesantren  Dar al-Tauhid yang didirikan oleh kakeknya sendiri pada tahun 1933 sampai sekarang. Beliau banyak aktif dalam berbagai diskusi, halaqoh dan seminar-seminar keislaman khususnya yang berkenaan dengan perempuan dan pluralisme

Secara singkat materi beliau yaitu:

  1. Menafsirakan tafsir sekarang harus beralih dari cara pandang tafsir kepada cara pandang Takwil.
  2. Berfikirlah dengan cara konservatif yang baru untuk perkembangan di masa sekarang.
  3. Jangan menganalogikan prihal masa lalu dengan masa depan. Namun, sebagai orang di masa depan kita terus pahami, maknai sesuai dengan perkembangan zaman. Analoginya dengan adanya perubahan perempuan di masa lalu, dengan perempuan di masa sekarang.
  4. Memberikan HAM, kepada Warga Negara yang berbeda agama, aturan yang ditetapkan harus merata bagi semua, dengan tidak memberikan pemaksaan, sehingga tidak adanya diskriminasi. Jangan memaksakan pandangan golongan  tertentu pada golongan lainnya. Hanya karena sebuah Mayoritas. Namun, berat untuk merealisasikannya.
  5. Pernikahan Siri, dalam Kitab Kuning dengan Nikah SIRI di Indonesia itu berbeda. Nikah Siri dahulu itu adala untuk menyelamatkan perempuan,
  6. Budak, Selir dan Seks (Ujung-ujungnya Korban itu adalah Wanita), jika tidak mempelajari ulang sejarah Imammatul mar’ah, tentang perempuan menjadi imam sholat, bahwa Perempuan seperti Amina Wadud ketika ia menjadi imam dan khotib sekaligus,

Kontekstual sangat dikedepankan. Gagasan dengan realita yang dicapai. Tugas kita sebagai intelektual harus melanjutkan sesuai dengan konteks masing-masing. Berdasarkan hak pada mereka yang mempunyai kualitas, kemampuan tanpa mendiskriminasi.

Materi secara detail, silahkan disaksikan di chanel youtube ISAIS UIN SUSKA Riau. Semoga wabah covid-19 cepat berlalu agar diskusi dapat dilaksanakan secara offline yang tentunya lebih leluasa dalam menyampaikan pendapat ataupun bertukar pikiran bersama ahlinya.

Diskusi Kursus Kebangsaan: “Mengenal Sang Guru Bangsa”

Diskusi Kursus Kebangsaan: “Mengenal Sang Guru Bangsa”

Sungguh sebuah anugerah bagi Bangsa Indonesia, yang telah kita melahirkan tiga sosok penting, yang mengusung persoalan kemanusian dan terus menyiarkan Islam yang ramah dan cinta kasih, baik lewat tulisan maupun lewat mimbar-mimbar diskusi. Mereka itu adalah Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Nurcholish Madjid (Cak Nur), dan Ahmad Syafii Maarif (Buya Syafii).

Dalam kancah intelektual muslim Indonesia, mereka selalu menekankan akan pentinya sebuah tafsir Islam Islam yang ramah dan Islam sebagai agama kasih sayang, yang menyebarkan nilai-nilai kemanusian. Konsepsi ini, menurut mereka merupakan ajaran pokok yang ada dalam Islam, yakni agama cinta-kasih, toleran, dan saling menyayangi. Sekaligus, mereka adalah para pemikir kontemporer yang sangat serius dalam membela kaum minoritas (agama, suku, ras, dan lainnya) yang memperoleh diskriminasi.

Dalam beberapa diskusi, kebanyakan para mahasiswa kurang mengenal, bahkan ada yang tidak kenal sama sekali siapa itu Cak Nur atau Gus Dur, atau Buya Syafi’i. Yang justru menghawatirkan adalah mereka mengenal para tokoh itu pada sisi kontraversinya. Misalnya Cak Nur dianggap Liberal karena mengusung ide Sekularisasi. Kebanyakan mahasiswa memperoleh propaganda dari sebagian umat Islam yang kurang setuju atau bahkan belum pernah ketemu dan membaca karya Cak Nur, kemudian menyerang secara membuta.

Oleh karena itu, ISAIS berusaha mengahadirkan kembali para Guru Bangsa tersebut, agar mereka mempunyai pemahaman yang komprehenship tentang ara tokoh tersebut. Untuk kursus ini, kami sengaja mengundang para aktivis organisasi ekstra kampus. Agar mereka meneladani bagaimana sepak-terjang para tokoh ini, ketika menjadi aktivis.

Kegiatan ini akan dilaksanakan pada rentang waktu antara tanggal 5 sampai dengan tanggal 8 September 2020 dengan pola Seminar. Kegiatan dilakukan secara online, selama 4 hari. Narasumber yang akan hadir pada setiap sessinya adalah Novriantoni Kahar, membincangkan Pemikiran Cak Nur. Sessi ini akan diselenggarakan pada hari Minggu, 5 September 2020 pukul 13.30 – 16.30, Kemudian Abd. Rahim Ghazali akan mengulas pemikiran Buya Syafi’i Ma’arif, dan akan diselenggarakan pada tanggal 07 September 2020, pukul 19.20 – 23.00, Sedangkan terahir, tentang pemikiran Gus Dur akan diulas oleh Alamsyah M. Djafar pada tanggal 08 September 2020, pukul 19.20-23.00

Sessi pertama dalam kursus kali ini, adalah pengantar dan perkenalan para peserta. Diawali sambutan Direktur yang mewakili Rektor UIN Suska Riau, yang memberikan apresiasi atas kegiatan ini. Kemudian dilanjutkan dengan pengantar singkat dari Pak Dardiri, MA dan Bambang Hermanto, MA, tentang ketiga tokoh tersebut dalam kancah akademik maupun gerakan Islam di Indonesia. “Sungguh merupakan kekonyolan, jika para aktivis hari ini tidak mengenal para tokoh besar Indonesia ini”, demikian ungkap Dardiri,

Semoga pada sessi selanjutnya, para mahasiswa ini, mampu menyerap dan memahami dengan baik pemikiran para tokoh besar Bangsa ini. Sehingga mampu membuka wawasan dan gagasan mahasiswa tentang pentingnya keterbukaan dan menerima perbedaan; juga mampu memperkuat pemahaman keagamaan mahasiswa yang lebih mendahulukan kepentingan kemanusiaan dan ke-Indonesiaan dalam beragama.

Diskusi Ma’had se-Indonesia: “Moderasi Beragama Antitesa Terhadap Paham Radikal Dikalangan Mahasantri”

Diskusi Ma’had se-Indonesia: “Moderasi Beragama Antitesa Terhadap Paham Radikal Dikalangan Mahasantri”

Gelar webinar nasional untuk seluruh mahasantri yang ada di Indonesia. ISAIS UIN SUSKA Riau selalu mendukung mahasiswa dalam mengembangkan atau menyalurkan bakatnya. Tidak hanya itu, lembaga ini juga menjadi wadah baik untuk mahasiswa maupun dosen dalam memperluas wawasan intelektualnya. Pada webinar kali ini tentunya berbeda dengan biasanya karena peserta khusus mahasantri yang ada di Indonesia.

Ma’had Al-Jami’ah UIN SUSKA Riau yang menjadi tuan rumah kali ini bekerjasama dengan ISAIS yang mendatangkan pemateri luar biasa. Narasumber 1 yaitu Prof. Noorhadi, M.A, M.Phil, Ph.D. (Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta), narasumber 2 yaitu Dr. KH. Akhmad Muzaki, MA. (Mudir Ma’had Aljamiah UIN Malang) dan narasumber 3 yaitu Dr. Arwan Mas’ud, M.Pd. (Mudir Ma’had Aljamiah UIN SUSKA Riau).

Webinar nasional yang bertemakan: “Moderasi Beragama Antitesa Terhadap Paham Radikal Dikalangan Mahasantri Ma’had Al-Jamiah PTKIN” dimoderatori oleh Dadang Firdaus, MA. (Sekretaris Ma’had Aljamiah UIN SUSKA Riau).

Diselenggarakan pada hari kamis, tanggal 03 September 2020 mulai pukul 20.00 WIB sampai selesai. Karena kondisi tidak memungkinkan dengan adanya wabah covid-19, maka dilaksanakan secara online via zoom.

Radikalisme Islam tidak bisa dipisahkan dari Islamisme, pemikiran, paham, wacana, aksi dan gerakan yang memandang Islam bukan sekadar agama, tapi juga ideologi politik yang mendasari bekerjanya sistem kehidupan secara menyeluruh

Islamisme, atau sering juga disebut Islam politik, terutama bukan merupakan gejala agama, tetapi fenomena sosial-politik melibatkan sekelompok individu Muslim yang aktif melakukan gerakan didasari ideologi tertentu yang mereka yakini.

Radikalisme adalah faham, wacana dan aktivisme yang berupaya melakukan perubahan yang radikal terhadap sistem—politik, ekonomi, sosial dan budaya—yang ada. Radikalisme memiliki 3 dimensi terpenting: (1) Intoleransi, (2) anti-sistem dan (3) gagasan revolusioner (keinginan untuk mengubah sistem secara radikal, menyeluruh dan serta-merta). Radikalisme tidak secara otomatis melibatkan kekerasan.

Ekstremisme melangkah lebih jauh dibandingkan radikalisme. Di samping ingin melakukan perubahan terhadap sistem yang berlaku secara radikal, menyeluruh dan serta-merta, ekstremisme juga membenarkan kekerasan sebagai taktik untuk mencapai tujuan. Berbeda dari radikalisme, ekstremisme memperlihatkan ketidaksabaran menunggu perubahan dengan memilih taktik kekerasan.

Didasari keinginan untuk mengubah sistem yang berlaku secara menyeluruh dan revolusioner yang dibangun di atas keyakinan ideologis mengenai supremasi dan totalitas Islam, terorisme menerapkan taktik kekerasan secara sistematis. Tujuan utama terorisme adalah menimbulkan ketakutan dan perasaan traumatik mendalam di kalangan masyarakat untuk memaksa mereka tunduk pada agenda yang diinginkan kaum teroris.

Islam wasatiyya memastikan adanya hubungan yang harmonis antara agama dan negara. Terlepas dari fakta bahwa Indonesia bukan negara Islam Pancasila, yang merupakan lima prinsip yang berfungsi sebagai sebagai ideologi negara, jaminan harus ditegakkan bagi kebebasan beragama dan hak-hak Muslim-serta non-Muslim- untuk melakukan kewajiban agama mereka. Nilai-nilainya yang demikian tidak bertentangan dengan Islam. Pancasila harus diterima sebagai dasar bersama bagi hidup rukun sebagai bangsa. Melekat di Pancasila adalah gagasan tentang pluralisme dan multikulturalisme

secara detail dapat disaksikan materi diskusi webinar nasional ini di youtube ISAIS UIN SUSKA Riau.

Diskusi Ma’had: “Menyibak Fenomena Hijrah di Kalangan Mahasiswa”

Diskusi Ma’had: “Menyibak Fenomena Hijrah di Kalangan Mahasiswa”

ISAIS UIN SUSKA Riau kembali menghadirkan narasumber terbaik yang memiliki pemikiran-pemikiran intelektual sebagai wadah memperluas wawasan dan ilmu pegetahuan di kalangan mahasiswa, khususnya mahasantri ma’had Aly UIN SUSKA Riau. Kondisi wabah covid semakin berkembang, namun tidak menutup kemungkinan untuk kita terus belajar. Pada kesempatan ini telah hadir narasumber kita Dr. Heri Sunandar, M.CI sebagai dosen Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum, UIN SUSKA Riau yang dimoderatori oleh Heru Lesmanda, S.Pd.

Sangat menarik terlihat dari antusiasnya peserta dalam mengikuti agenda ini yang bertemakan ” Menyibak Fenomena Hijrah di Kalangan Mahasiswa” yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Agustus 2020 mulai pukul 20.00 WIB. Untuk menghindari kerumunan dan mematuhi aturan pemerintah, tentunya kegiatan ini dilakukan seperti biasa secara online via zoom yang juga tertera di youtube isais agar lebih banyak lagi khalayak yang mendapatkan ilmu ini.

Hijrah tersebut diartikan

  • Bahasa : Berpindah
  • Istilah : hijrah (berpindah dari kegelepan / zhulumat kepada cahaya / Nur).

Shahih Bukhari menjelaskan hakikat muhajir (orang yang berhijrah) dalam maknanya yang luas. Dari Abdullah bin Umar r.a. Nabi SAW bersabda, “Muslim adalah orang yang menyelamatkan semua orang muslim dari lisan dan tangannya. Dan Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah”

Adapun kategori hijrah yaitu:

  • Hijrah Fisik (Zhahiriyah)
  • Hijrah Batin (Ruhiyah)

Ayat tentang hijrah juga sudah tertera: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Al-Baqarah Ayat 218.)

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung” (QS.Al-Hasyr Ayat 9).

“Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri-isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Ahzab: 50).

“Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka di bunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki”. (QS. Al-Hajj Ayat 58).

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri[342], (kepada mereka) malaikat bertanya : “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?.” Mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah).” Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?.” Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”. (Q.S. An-Nisa’ : 97)

[342]. “Yang dimaksud dengan orang yang menganiaya diri sendiri di sini, ialah orang-orang muslimin Mekah yang tidak mau hijrah bersama Nabi sedangkan mereka sanggup. Mereka ditindas dan dipaksa oleh orang-orang kafir ikut bersama mereka pergi ke perang Badar; akhirnya di antara mereka ada yang terbunuh dalam peperangan”

Tidak hanya dalam al-Qur’an, namun hal ini juga dijelaskan dalam hadis tentunya:

Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan.(HR.Bukhari : 52)

“Yang berhak menjadi imam atas suatu kaum adalah yang paling menguasai bacaan kitabullah (Alquran), jika dalam bacaan kapasitasnya sama, maka yang paling tahu terhadap sunnah, jika dalam as sunnah (hadis) kapasitasnya sama, maka yang paling dahulu hijrah, jika dalam hijrah sama, maka yang pertama-tama masuk Islam, dan jangan seseorang mengimami seseorang di daerah wewenangnya, dan jangan duduk di rumah seseorang di ruang tamunya, kecuali telah mendapatkan izin darinya.” Kata Al Asyaj dalam periwayatannya dengan redaksi “Maka yang menjadi pertimbangan kapasitas adalah keIslaman dan usia, “ Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah (dan diriwayatkan dari jalur lain) telah menceritakan kepada kami Ishaq telah mengabarkan kepada kami Jarir dan Abu Mu’awiyah (dan diriwayatkan dari jalur lain) telah menceritakan kepada kami Al-Asyajj telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudlail (dan diriwayatkan dari jalur lain) telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar telah menceritakan kepada kami Sufyan, semuanya dari Al A’masy dengan sanad seperti ini. (HR.Muslim : 1078)

Adapun Fenomena Hijrah pada generasi muda dan mahasiswa, yaitu:

  • Tumbuh kesadaran pada generasi muda untuk berhijrah
  • Adanya sebagian mahasiswa yang terperangaruh pemikiran dan pemahaman yang lebih exklusif dalam menjalankan agama dalam kehidupan, sehingga kurang menghargai sebagian masyarakat yang menjalankan agama secara tradisional.

Upaya menyikapi fenomena hijrah dikalangan generasi muda dan mahasiswa

  • Perlu adanya wadah bagi generasi muda dan mahasiswa untuk belajar memahami Islam secara kaffah, universal dan fleksibel.
  • Di kampus UIN Suska seyogianya ada wadah seperti adanya majlis ta’lim kajian Islam bagi mahasiswa termasuk juga bagi ma’had UIN Suska Riau.
  • Memberikan kepahaman kepada generasi muda dan mahasiswa untuk memahami agama secara syumuliyah, kamiliyah dan tasamuh serta islam dan umatnya menjadi rahmatan lil alamin.

Itulah beberapa paparan yang beliau sampaikan, silahkan saksikan materi lengkapnya pada youtube ISAIS. tetaplah belajar dan jangan pernah berhenti. semoga wabah segera berlalu dan kita dapat memaksimalkan diri dalam menimba ilmu 🙂