By: M. Syaprul Alamsyah
Indonesia memiliki banyak kemajemukan. Diantaranya keragaman sosial dalam hidup berbangsa dan bernegara. Seperti; suku, agama, ras, antar golongan, budaya dan adat istiadat yang berbeda-beda. Kemajemukan yang dimiliki sangat berpengaruh besar dalam pembangunan bangsa dan negara,sertasangat rawanterjadinya konflik di Indonesia. Kemampuan yang akan terjadi sangat dipengaruhi dari kehidupan bersosial. Hal ini menyebabkan munculnya konflik sosial dan konflik ideologis di masyarakat.[1]
Dalam konflik tersebut, akan bermunculan perbedaan presepsi dari berbagai golongan yang ada di masyarakat mengenai suatu hal berupa pemikiran dalam kehidupan. Sementara di tingkatan politisi, konflik akan terjadi apabila adanya pertentangan dalam pembagian sumber kekuasaan yang tidak adil. Sehingga, timbul pertengkaran saling menjatuhkan satu sama lain. Walaupun demikian, konflik yang adadi masyarakat Indonesia dapat diminimalisir dengan menyelesaikan konflik tersebut secara konstruktif yakni (resolusi konflik).[2]
Adapun solusi dalam mengatasi dan mencegah terjadinya konflik sosial di Indonesia.Pertama, adanya peran Islam sebagai agama mayoritas, memiliki kontribusi yang besar. Sebagai agama perdamaian mampu menjadi rahmatanlil alamin bagi seluruh umat beragama.
Kedua, adanya peran pendidikanyang humanis. Menekankan aspek memanusiakan manusia, dengan memperhatikan aspekkecerdasan intelektual, emosional, sosial dan spiritual. Dengan adanya peran-peran ini Indonesia mampu memberikan solusi nyata terhadap konflik sosial dan ideologis.[3]
Sejak era globalisasi, telah banyak terjadi peristiwa sosial di Indonesia. Yakni dalam suku, etnis, agama dan politik yang cendrung menghancurkan sesama, tanpa memikirkan rasa kemanusian. Dengan mudah menaruh kebencian, curiga dan tidak memiliki rasa persaudaraan. Seperti konflik sosial yang terjadi di Ambon, Poso, Kalimantan Barat, Sukabumi serta kerusuhan tahun1998 yang terjadi di berbagai daerah lain nya di Indonesia.[4]
Kemajemukan yang dimiliki Indonesia bersifat unik, mampu membentuk lapisan-lapisan kelas sosial dan struktur sosial di masyarakat. Adapun lapisan masyarakat terbagi dua;, lapisan horizontal yaitu adanya pebedaan etnis, suku, agama, dan adat istiadat. Sedangkan lapisan vertikal ialah lapisan atas dan bawah yang dilihat dari tingkatan ekonomi seperti (tingkatan pekerjaan, pendidikan dll). Hal inilah mengakibatkan selalu terjadinya konflik sosial.[5]
Kondisi sosial masyarakat Indonesia memiliki kesamaan dengan Madinah. Pada waktu Nabi Muhammad saw memimpin, penuh kedamaian dalam hidup bertoleransi. Hingga tercipta nya hidup harmonis dalam keragaman. Oleh sebab itu, Indonesia seharusnya mampu menjadikan konsep tersebut sebagai hikmah pelajaran untuk kedepan nya. Karna banyak konflik yang terjadi selalu berbau agama, utamanya agama Islam. Padahal agama Islam selalu mengajarkan perdamaian. Kemudian anti kekerasan serta selalu menghargai perbedaan dalam kemajemukan.[6]
Tentunya, ajaran sosial agama Islam sangat perlu di implementasikan, adanya sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda : “Berilah salam kepada orang yang kau kenal atau yang tidak kau kenal”.Artinya, dalam berbuat baik kepada orang lain, kita harus menunjukkan rasa kemanusian yang setinggi-tingginya. Allah adalah damai, salam(QS al-hasyr[59]:23), sumber kedamaian dan aktivitas damai ( HR Muslim,Turmudzi dan Nasa’i).[7]
Islam menjanjikan adanya rahmat berupa kedamaian. Kehidupan yang dapat damai menimbulkan ketentraman hati, hingga terbuka kepada semua invidu yang beragam. Pastinya setiap umat yang beragama butuh ketenangan. Sudah selayaknya setiap manusia memulai kedamaian dari diri sendiri walaupun berada pada suasana ramai.[8]
Dalam agama islam, pemeluknya di sebut sebagai muslim. Kata Islam sendiri berasal dari kata salam yang secara harfiah artinya selamat, damai dan sejahtera. Maksudnya mempunyai misi universal, Islam sebagai pembawa rahmat bagi sekalian alam (QS al-anbiya [21]:107).[9]
Dengan demikian, nilai-nilai yang terkandung dalam Islam sangatlah universal yang harus di implementasikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Khususnya mayoritas umat muslim yang harus mengerti dan paham akan ajarannya. Hingga dapat menjadikan islam rahmatan lil alamain dalam resolusi konflik. Serta dapat menghalau dan meminimalisir penghancur perdamaian.
Selanjutnya, resolusi konflik yang harus di pelajari ialah pendidikan yang humanis. Masyarakat Indonesia harus memiliki karakter yang kuat pada dirinya. Oleh karna itu, pendidikan sangat penting dalam sebuah negara. Sebagai sarana membangun masyarakat, dengan saling membuka diri hingga menjadikan hidup damai bukan saling mentup diri dan membenci sesama.
Pendidikan humanis haruslah berorientasi pada pendidikan multikultural dan pendidikan karakter. Untuk meresolusi konflik yang akan terjadi di Indonesia. Peran pendidikan multikultural mampu menciptakan kesadaran pluralitas agama dan budaya. Sehingga pendidikan multikultural dapat menjadi solusi nyata terhadap konflik yang akan terjadi di kehidupan bermasyarakat.
Kemudian melalui pendidikan karakter, masyarakat Indonesia mampu menumbuhkembangkan sikap empati, jujur, adil, amanah, bijaksana, sopan santun dan sikap patriotisme yang tinggi. Dalam memperlakukan manusia lain sebagai sesama makhluk Tuhan yang memiliki kodrat dan hak-hak yang sama. Dengan menghormati serta menjunjung tinggi harkat-martabat sesama manusia.[10]
Dari beberapa nilai-nilai yang telah di jelaskan, jika di implementasiakan dalam hidup berbangsa dan bernegara akan melahirkan perdamaian dan persatuan. Dengan mengokohkan keislaman, sebagai agama rahmatan lil alamin dan peran pendidikan humanis. Kita mampu menjaga persatuan dan kedamaian di Indonesia, walaupun hidup dalam umat berbeda agama. Serta hidup dalam bangsa yang kuat dengan saling menjaga dan menghindari pertikaian, sesuai undang-undang dasar 1945 dan pancasila.
[1]Sagaf S. Pettalongi, Islam Dan Pendidikan Humanis Dalam Resolusi Konflik Sosial (Palu Sulawesi Tengah: Stain Datokarama, Cakrawala Pendidikan – Jurnal Pendidikan, Juni 2013,No. 2)
[2]Jakiatin Nisa, resolusi konflik dalam presfektif komunikasi ( Jakarta : UIN syarif hidayatullah :2015 )permalink https://www.academia.edu/15117008)
[3]Sagaf S. Pettalongi, Loc.Cit
[4]Arya Hadi Dharmawan,Konflik-Sosial dan Resolusi Konflik: Analisis Sosio-Budaya(Kalimantan Barat : Seminar PERAGI Pontianak 10-11 Januari 2006)
[5]Jakiatin Nisa,Loc.Cit
[6]Sagaf S. Pettalongi, Loc.Cit
[7]Budhy Munawar – Rachman , pendidikan karakter dengan pendekatan living values education (Jakarta : The asia foundation 2019) h.18
[8]Ibid.h.18
[9]Ibid.18
[10]Sagaf S. Pettalongi.Loc.Cit